Jakarta (Prapanca.id) – Dampak pandemi COVID-19 telah memberikan dinamika signifikan pada sektor ekonomi kreatif Indonesia. Namun, dari “hantaman” tersebut, muncul tren-tren baru yang menjanjikan pertumbuhan yang lebih dinamis. Di tahun 2024, tren ekonomi kreatif terutama dipengaruhi oleh kemajuan teknologi yang cepat, mendorong pelaku industri untuk terus berkembang dan bersaing di pasar global.
Menurut Angela Tanoesoedibjo, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Wakil Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Wakabaparekraf), ada empat tren utama yang diprediksi akan memimpin pertumbuhan ekonomi kreatif pada tahun 2024. Tren-tren tersebut mencakup audio visual, mobile game, musik, dan kolaborasi antar subsektor.
Audio visual menjadi salah satu tren utama yang tidak terlepas dari minat besar generasi muda dalam menciptakan berbagai konten video. Kemudahan akses ke platform-platform audio visual dan konten gratis telah mendorong kreativitas anak muda dalam menghasilkan konten berkualitas. Selain itu, minat masyarakat pada film atau serial lokal melalui layanan over the top (OTT) juga semakin meningkat, sebagaimana disorot dalam survei Jakpat.
Mobile game juga terus menunjukkan pertumbuhan positif, dengan banyak game lokal meraih kesuksesan besar pada tahun sebelumnya. Indonesia bahkan menempati peringkat ketiga sebagai pasar mobile game terbesar berdasarkan unduhan di Google Play. Pertumbuhan ini tidak hanya berdampak pada hiburan semata, tetapi juga membuka peluang baru untuk lapangan kerja di masa mendatang.
Sementara itu, subsektor musik juga mengalami pertumbuhan yang berkelanjutan. Berbagai platform musik baru memberikan wadah bagi musisi untuk berekspresi, sementara pertumbuhan streaming musik mendominasi pendapatan di subsektor ini. Dalam hal ini, banyak musisi dari berbagai daerah di Indonesia yang kembali merilis musik dengan menggunakan bahasa daerah, menambah daya tarik dan keunikannya.
Kolaborasi antar subsektor ekonomi kreatif dianggap menjadi kunci utama menuju kemajuan sektor ini. Kolaborasi seperti antara subsektor fesyen dan kuliner, film dan musik, atau arsitektur dan seni pertunjukan dapat menghasilkan nilai tambah yang signifikan. Contoh konkret adalah kolaborasi antara jenama sepatu lokal, Sage Footwear, dengan minuman kemasan Teh Botol Sosro.
Dengan memanfaatkan tren-tren ini dan mendorong kolaborasi lintas subsektor, diharapkan sektor ekonomi kreatif Indonesia akan terus tumbuh secara produktif, inklusif, dan berkelanjutan, serta mampu menciptakan jutaan lapangan kerja baru pada tahun 2024.(mi)