Surabaya (prapanca.id) – Membicarakan kiprah alumni Stikosa AWS dalam serial tulisan ini akan merasa kualat jika tidak menyertakan sosok yang satu ini. Menurut beberapa wartawan sepuh, ia adalah orang pintar yang tidak kelihatan. Penampilan dan gaya bicaranya yang kalem, bersahaja dan nyaris tidak tampil di medsos, membuat ia hampir luput dari perhatian kamera prapanca.id.
Ia justru lebih dikenal sebagai penghobi olahraga bulutangkis yang sudah dijalaninya sejak muda sampai usia hampir kepala tujuh ini. Smash-nya dikenal sangat tajam dan mematikan.
Namun bagi para eks. Wartawan harian sore Surabaya Post, namanya adalah jaminan reputasi seorang wartawan. Tak bisa dihindari, beberapa wartawan sampai sekarang memanggilnya suhu.
Sebab banyak diantara mereka yang saat ini menjadi tokoh pers nasional, merasakan polesan ilmunya. Saat itu, ia adalah Wakil Pemimpin Redaksi dan Direktur Litbang Harian Surabaya Post, sebelum surat kabar legendaris itu tutup tahun 1999.
“Dik Budi (pendiri detik.com dan owner kumparan.com), Sapto (pendiri tirto,id dan anggota Dewan Pers), Totok Suryanto (pimred TV One dan anggota Dewan Pers), Sirikit Syah (alm), Muflihana (sekarang lebih dikenal dengan nama Hana Budiono) lebih pas disebut alumni Surabaya Post saja. Jangan disebut mantan anak buah saya. Buktinya saya malah banyak belajar dari mereka” wanti-wantinya, sebelum tulisan ini dibuat.
Dialah Tjuk Suwarsono. Pria jangkung kelahiran tahun 1955 ini memulai karir sebagai wartawan di harian Surabaya Post pada tahun 1975 sampai 1995. Koran sore pertama di Indonesia Timur ini didirikan oleh A. Azis (juga salah satu pendiri Stikosa AWS) pada tahun 1953. Sempat mencapai puncak kejayaannya sebagai koran terbesar di Jawa Timur, koran legendaris ini terpaksa tutup tahun 1999. Namun terbit lagi 10 tahun kemudian dibawah manajemen Bakrie Grup Jatim.
Walaupun dilahirkan di Tanjung Uban Riau, namun masa sekolah sampai SMA di kota Blora, Jawa Tengah. Di kota ini jiwa kepenulisannya tumbuh, karena banyak bergaul dengan komunitas sastrawan asal Blora. Kota asal pengarang legendaris Pramoedya Ananta Toer ini memang banyak menghasilkan sastrawan ternama. Sebut misalnya, Prof Suripan Sadi Hutomo, Poerwadhi Atmodihardjo, Jayus Pete dan banyak lagi. Kemampuan menulis makin terasah setelah ia kuliah di Akademi Wartawan Surabaya, tahun 1970.
Walaupun pendidikan formalnya setara D-3, namun Mas Tjuk, panggilan akrabnya, mempunyai latar belakang pendidikan non-formal yang sangat seksi. Pada rentang waktu 1980-1981, ia menempuh pendidikan jurnalistik di Nippon Shimbun Kyokai – CAJ Jepang, lalu di Institute for Journalism di Berlin, Jerman dan dilanjutkan pendidikan jurnalistik di Amerika Serikat. Selama rentang tahun tersebut ia juga banyak melakukan Studi Banding Jurnalistik di negara-negara ASEAN.
Selepas dari Harian Surabaya Post, ia banyak direkrut sebagai Konsultan Media oleh beberapa instansi dan lembaga negeri maupun swasta. Antara lain sebagai anggota delegasi bidang media dan pertukaran informasi, pada Program ‘Sister City State’ antara Provinsi Jawa Timur dan Australia Barat.
Ia juga sempat mendirikan Surat kabar ‘Semarak Bengkulu’, Harian pertama di Bengkulu. Kemudian juga menerbitkan Tabloid ‘Nasional Demokrat’ dan ‘Goal’ di Surabaya serta tabloid ‘Meridian’ di Kalimantan Timur.
Pada kurun waktu 2001 – 2020 ia mendirikan Lembaga Konsultan Media CV ‘Medpro’ (Media Profesional) yang bergerak di bidang pengembangan media massa/online, public relations, pemasaran potensi daerah, dan pelayanan publik/hospitality.
Kliennya antara lain Samsat Dinas Pendapatan Jawa Timur; RSUD Dr. Soetomo Surabaya; Mall Kapas Krampung Surabaya; PT PAL Surabaya; Humas Setwilda Pemprov Jawa Timur dan Dinas Kominfo Jatim.
Terakhir, selama dua tahun sejak 2020, ia merupakan konsultan di LPP RRI Pusat dalam bidang peningkatan kualitas berita, manajemen redaksi, manajemen data dan dokumentasi (RRI-Sprint) sekaligus sebagai komentator khusus Serial MotoGP, Badminton, balap sepeda dunia ‘Tour de France’
Sejak 2004 sampai sekarang, wajah dan suaranya masih aktif sebagai narasumber dialog di RRI Pusat & Daerah, Suara Surabaya FM dan TVRI Surabaya tentang transportasi darat, laut, udara, dan olahraga.
Dengan pengalamannya yang panjang, Mas Tjuk juga direkrut sebagai Dosen Praktisi/Dosen Luar Biasa di beberapa Perguruan Tinggi.
Antara lain di almamaternya, Stikosa AWS, mengajar Jurnalistik dan Public Relation. Kemudian mengajar Manajemen Redaksi Media di Universitas Petra Surabaya, Managemen Media di pasca Sarjana Unitomo Surabaya dan Hubungan Pers di Jhon Robert Power Surabaya.
Hingga saat ini Tjuk masih aktif sebagai pengajar Modern PR di program Praktisi Mengajar Kemendikbud 2024. Ia juga salah satu Dewan Pengawas Yayasan Pendidikan Wartawan Jawa Timur (YPWJT), yang membawahi Stikosa AWS.
Dengan reputasi yang seksi membahana aduhai indahnya itu, maka bagi Tjuk, tak perlu lagi menghindar jika banyak yang menyebutnya sebagai suhu. Karena maqomnya memang disitu. (sas)