Jakarta (prapanca.id) – The Intercept, sebuah situs media non-profit, baru-baru ini melakukan analisis kuantitatif terhadap liputan media arus utama Amerika Serikat (AS) terkait perang di Gaza. Hasil analisis menunjukkan adanya ketidakseimbangan yang mencolok dalam pemberitaan, dengan cenderung mendukung narasi yang dibuat oleh Israel.
The Intercept mengumpulkan lebih dari 1.000 artikel dari surat kabar ternama, seperti The New York Times, The Washington Post, dan The Los Angeles Times, yang membahas perang di Gaza. Melalui analisis ini, mereka menghitung penggunaan istilah-istilah kunci serta konteks penggunaannya.
“Hasil penghitungan tersebut mengungkapkan ketidakseimbangan signifikan dalam cara media AS melaporkan tokoh-tokoh Israel dan pro-Israel dibandingkan dengan tokoh-tokoh Palestina dan suara-suara pro-Palestina. Penggunaan istilah-istilah tersebut lebih mengarah pada mendukung narasi Israel daripada narasi Palestina,” kata The Intercept dalam laporannya, dikutip dari Aljazeera pada Selasa (9/1).
Surat kabar-kabar tersebut, sebagai contoh, menggunakan istilah “slaughter” atau pembantaian untuk menggambarkan pembunuhan warga Israel versus Palestina dengan perbandingan 60 banding satu. Artinya, kata “slaughter” hanya digunakan sekali untuk menggambarkan kekerasan yang dilakukan oleh Israel terhadap Palestina.
Istilah “Massacre” juga digunakan untuk menggambarkan pembunuhan warga Israel versus Palestina dengan perbandingan 125 banding dua, sedangkan “horrific” digunakan 36 banding empat. Meskipun perang di Gaza dianggap sebagai perang paling mematikan bagi anak-anak dan hampir seluruh warga Palestina dalam sejarah modern, hanya dua berita utama dari lebih dari 1.100 artikel yang disertakan dalam penelitian ini yang menyebutkan kata ‘anak-anak’ terkait dengan anak-anak Gaza.
Sementara itu, Departemen Luar Negeri AS menyatakan bahwa Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, telah meminta kepada Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, untuk menghindari kematian lebih lanjut terhadap warga sipil di Gaza. “Menlu menegaskan kembali dukungan kami terhadap hak Israel untuk mencegah terulangnya serangan teroris pada tanggal 7 Oktober dan menekankan pentingnya menghindari kerugian lebih lanjut terhadap warga sipil dan melindungi infrastruktur sipil di Gaza,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Matthew Miller, mengenai pembicaraan antara Blinken dan Netanyahu di Israel.(mi/kpi/berbagai sumber)