Surabaya (prapanca.id) – Film The Hunger Games: The Ballad of Songbirds and Snakes, yang mulai diputar sejak 17 November 2023, mengisahkan tentang masa-masa awal kehidupan Coriolanus Snow, sebelum ia menjadi penguasa yang dikenal dengan tangan besi di Panem.
Pada usia 18 tahun, Snow mengalami kepahitan garis keturunan bangsawannya yang perlahan memudar, dan satu-satunya harapan untuk mengembalikan kejayaan keluarganya adalah melalui Hunger Games tahunan ke-10.
Dengan penuh kecemasan, Snow mendapat tugas untuk membimbing Lucy Gray Baird, seorang tribut dari Distrik 12 yang keras dan kelam, distrik termiskin yang sering dilupakan oleh Capitol. Dalam pertarungan brutal untuk kelangsungan hidup, keduanya terjebak dalam labirin kekejaman dan kebijaksanaan politik Capitol.
Namun, di tengah seni pertunjukan dan intrik politik, terjalinlah ikatan tak terduga antara Snow dan Lucy Gray. Suara merdu Lucy Gray membawa kehidupan dan harapan di tengah kebrutalan Hunger Games, dan Snow, awalnya melihatnya sebagai alat untuk memulihkan keluarganya, tiba-tiba terpikat oleh pesonanya.
Selama perjalanan Hunger Games, Snow dan Lucy Gray dihadapkan pada dilema mendalam. Apakah Lucy Gray hanya alat dalam ambisi Snow, atau apakah cinta yang tumbuh di antara mereka akan menjadi kekuatan yang mengubah takdir Panem?
Perjalanan mereka mengungkap sisi gelap Capitol dan ketidakadilan di Panem. Snow, yang awalnya melihat Hunger Games sebagai kesempatan untuk mengembalikan kejayaan keluarganya, harus menghadapi iblis dalam dirinya sendiri. Pertanyaan mendasar menghantu pikirannya: akankah ia menjadi bagian dari sistem yang kejam ini, ataukah ia akan memberontak terhadap Capitol?
The Hunger Games: The Ballad of Songbirds and Snakes mengajak penonton untuk merenung tentang batas kekuasaan dan konsekuensi dari setiap pilihan yang diambil. Film ini menggambarkan evolusi Snow dari pemuda ambisius menjadi penguasa yang kejam, dengan cinta dan musik sebagai pendorong kekuatan yang merubah takdir. (dwi)