Surabaya (prapanca.id) – Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (DPKP) Kota Surabaya terus melakukan langkah pencegahan untuk menekan risiko kebakaran di pemukiman warga. Untuk itu, semua petugas dan unit kendaraan DPKP Surabaya siaga 24 jam, menjalani latihan penyelamatan darurat, serta melakukan pengecekan berkala terhadap peralatan dan perlengkapan. Tindakan ini diambil untuk menjaga kesiapan dalam memberikan respon cepat selama 7 menit saat pemadaman.
Laporan tahun 2023 mencatat bahwa DPKP Surabaya berhasil menangani 793 kasus kebakaran, dengan 121 di antaranya berasal dari bangunan, 18 dari kendaraan, dan 654 dari area non-bangunan seperti lahan terbuka. Pada tahun tersebut, kebakaran dominan terjadi di luar pemukiman, terutama akibat fenomena El-Nino yang menyebabkan kebakaran lahan terbuka. Oleh karena itu, DPKP Surabaya intensif dalam melakukan sosialisasi dan mitigasi di pemukiman, pendidikan, dan perkantoran.
Laksita Rini Sevriani, Kepala DPKP Kota Surabaya, menjelaskan bahwa respon time 7 menit menjadi kunci untuk meminimalisir korban dan kerugian akibat kebakaran. Untuk mencapai target ini, DPKP Surabaya melakukan pemetaan wilayah padat penduduk guna mengatur jarak antara proses pemadaman dengan rumah warga. Dalam upaya ini, rencana pembuatan hidran kering pada tahun 2024 serta penambahan sumur dan pos pemadam di Kecamatan Margorejo dan Kecamatan Lontar sedang dipertimbangkan.
Patroli rutin juga dilakukan untuk mengidentifikasi spot atau lokasi berpotensi menyebabkan kebakaran. Rini menegaskan perlunya hidran kering pada lokasi dengan jalanan sempit untuk mempercepat proses pemadaman dan mencegah korban jiwa.
DPKP Surabaya melibatkan aktif Kader Madagaskar (Masyarakat dan Keluarga Siaga Kebakaran) dalam upaya pencegahan dan penanganan kebakaran di pemukiman. Rini menekankan pentingnya peran warga dalam 3 menit pertama untuk mencegah meluasnya api.
Sebagai bagian dari Gerakan Keluarga Sehat Tanggap dan Tangguh Bencana (GKSTTB) Siaga Kebakaran Lingkungan di tingkat nasional, Kader Madagaskar di Kelurahan Wonorejo, Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya menjadi pilot project yang berhasil. Rini berencana untuk mengembangkan lebih lanjut kapasitas Kader Madagaskar agar dapat mencakup seluruh lapisan masyarakat.
Rini juga memberikan peringatan terkait kelalaian masyarakat yang dapat menyebabkan kebakaran di pemukiman, seperti konsleting listrik dan pengabaian terhadap aspek keselamatan di rumah.
“Bencana kebakaran di rumah adalah kebiasaan setelah mengisi daya handphone, charger tidak dilepas saat di rumah. Lalu kipas angin yang dibiarkan menyala terus, atau gas elpiji yang tidak di cek kembali,” jelas Rini.
Untuk itu, masyarakat diimbau untuk meningkatkan kesadaran dalam menyiapkan alat pemadam api ringan (APAR) dan melakukan pengecekan terhadap peralatan rumah tangga guna menghindari risiko kebakaran. (mi)