Surabaya (prapanca.id) – Surabaya memiliki makanan khas daerah dengan berbagai cita rasa. Semanggi merupakan salah satu kuliner Kota Pahlawan yang wajib dicoba saat berkunjung ke Kota Pahlawan.
Semanggi Suroboyo merupakan salah satu makanan khas ibu kota provinsi Jawa Timur itu. Pecel Semanggi atau nama lain dari Semanggi Suroboyo dibuat dari daun semanggi yang di kukus dan diberi bumbu pecel di atasnya dan tambahan krupuk puli.
Semanggi Suroboyo disajikan secara tradisional dengan menggunakan pincuk dari daun pisang yang telah dibersihkan.
Penjual semanggi biasanya memberikan dua lembar krupuk puli sebagai sendok untuk memakan semanggi karena penjual tidak memberikan sendok, garpu, atau alat makan lainnya. Apabila krupuk puli yang diberikan telah habis, bisa meminta kembali pada penjual untuk memakan semanggi atau hanya untuk camilan setelah makan.
Para penjual semanggi berkeliling sejak pagi untuk mencari pembeli. Seperti yang dilakukan oleh Titi, penjual Semanggi Suroboyo yang berjualan sejak pagi ke tempat tiap-tiap pelanggannya kemudian baru berjualan di Jalan Mayjen Sungkono (Sebelah Es Dawet Kudus Cak Minto).
Penjual yang berumah di daerah Tandes tersebut mengaku bahwa telah berjualan hampir 15 tahun. “Kalau jualan di sini sudah lama sekali, hampir 15 tahun. Tapi kalau disini baru tiga tahunan,” ujarnya sembari melayani pembeli.
Titi berkata, berjualan semanggi mulai dari pagi setelah berpergian ke tempat pelanggannya, lalu baru berjualan di Jalan Mayjen Sungkono.
Walaupun saat ini penjual semanggi jarang ditemui, penjual semanggi yang berjualan di sebelah penjual es dawet tersebut mengaku bahwa penjualan di hari biasa bisa mencapai minimal 40 porsi.
“Kalau hari biasa, ya minim 40-50 porsi. Kalau Sabtu-Minggu sampai 100,” ujarnya mengaku penjualan perhari biasa dan pada hari libur.
Penjualan tersebut berbeda-beda karena dari banyaknya pembeli dan dari beberapa orang lewat terkadang hanya ingin mencoba hingga berlangganan membeli di Titi tiap harinya. Tiap pembeli yang datang akan ditawari untuk memakai sambal pada semanggi atau tanpa sambal, karena terdapat beberapa pembeli yang menggunakan sambal untuk menambah rasa pada semanggi yang akan dimakan. (Athalia Abigail Purwanto/20010015)