Surabaya (prapanca.id) – Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi-Almamater Wartawan Surabaya (Stikosa AWS) mengadakan acara pengajian Maiyah di kampusnya di Jl. Nginden Intan Timur Surabaya pada Selasa (23/7/2024) malam.
Acara ini tidak dihadiri oleh Emha Ainun Nadjib (Mbah Nun), pendiri Maiyah, namun diisi dengan kehadiran Sabrang Mowo Damar Panuluh, yang lebih dikenal sebagai Noe Letto.
Noe Letto, musisi dan penyanyi asal Yogyakarta, merupakan putra Mbah Nun dari istri pertamanya, Neneng Suryaningsih. Dalam acara tersebut, turut hadir Jokhanan Kristiyono (Ketua Stikosa AWS), Himawan Mashuri (Ketua Yayasan Pendidikan Wartawan Jatim), Suko Widodo, serta mahasiswa dari Stikosa AWS dan perguruan tinggi lain.
Sabrang Letto berbagi pandangannya tentang Maiyah yang memiliki jamaah di berbagai daerah di Indonesia. Ia menekankan pentingnya semangat guyub dan menghindari iri hati serta syuudzon. “Di Maiyah, tidak ada tempat untuk iri hati. Segala permasalahan dapat diselesaikan melalui komunikasi langsung,” ujar Sabrang, yang dikenal lewat album-album bersama Letto seperti Truth, Cry, and Lie dan Don’t Make Me Sad.
Maiyah, yang secara etimologis berasal dari bahasa Arab maa yang berarti bersama, mengusung prinsip kebersamaan dalam setiap aktivitasnya. Gerakan ini diharapkan dapat membangun kebersamaan yang kuat antara Allah, Rasulullah, dan seluruh makhluk.
Menurut laman resmi caknun.com, Maiyah adalah fenomena sosial budaya yang menawarkan harapan bagi kebangkitan Indonesia. Gerakan ini dianggap sebagai oase di tengah krisis sosial, budaya, agama, dan keadilan. Maiyah berfungsi sebagai laboratorium sosial, tempat di mana berbagai lapisan masyarakat dapat belajar dan berlatih berpikir serta mengelola kehidupan.
Maiyah terbuka bagi siapa saja tanpa memandang status, keyakinan, atau pandangan politik. Meskipun sering dianggap sebagai gerakan sosial budaya, agama, atau sufi, Maiyah tetap berkomitmen sebagai majelis ilmu yang mendukung berbagai organisasi dan institusi masyarakat, serta berupaya menjadi penengah yang seimbang. (agu)
1 Komentar
Pingback: Catatan yang Tertinggal dari Pengajian Maiyah Majelis Ilmu Bang Bang Wetan di Stikosa AWS | prapanca.id