Surabaya (prapanca.id) – Apa yang dicari oleh seorang wartawan ? Pertanyaan ini dilontarkan oleh salah seorang petinggi salah satu stasiun TV Swasta Nasional, dalam suatu acara pelatihan jurnalistik. Mereka, para wartawan muda, menjawab dengan berbagai versi jawaban. Mulai dari tercepat membuat berita, investigasi yang mendalam sampai memperoleh gelar juara lomba junalistik.
“Yang dicari seorang wartawan adalah reputasi” kata si petinggi. Wartawan yang mempunyai reputasi yang baik, akan mendapatkan banyak relasi dan akses, karena bisa dipercaya. Baik secara moral maupun intelektual. Wartawan yang mendapatkan banyak akses, berpeluang lebih besar mencapai puncak tangga. Bahkan tak jarang dipercaya memegang jabatan puncak di luar perusahaan media. Beberapa nama Komisaris BUMN, pejabat publik maupun anggota Dewan adalah para mantan wartawan yang sebelumnya dikenal mempunyai reputasi yang bagus.
Prof Dr Muhammad Mufti Mubarok, SH.,S.Sos., M.Si.CROP adalah satu diantaranya. Memulai karir sebagai Wartawan di Harian Surabaya Post pada tahun 1997, dengan konsentrasi berita pendidikan, ia kini pejabat publik setingkat Menteri. Yakni sebagai Ketua Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) periode 2024 – 2027. Sebelumnya, ia adalah Wakil Ketua BPKN periode 2020 – 2023 dan pernah bekerja di DPR RI periode 2014 – 2019.
Muhammad Mufti Mubarok kelahiran Lamongan, 20 September 1972. Ia adalah alumni Stikosa AWS tahun 1992, dan lulus sebagai Sarjana Ilmu Komunikasi pada tahun 1996. Namun menyebut Stikosa AWS sebagai satu-satunya almamater tentu sangat berlebihan. Sebab pada rentang waktu yang hampir bersamaan, ia juga menyelesaikan kuliahnya di Pendidikan di program diploma Teknik Industri ITS dan program Sarjana Ilmu Hukum UNKAR. Kemudian melanjutkan Pendidikan S2 pada program Magister Ilmu Ekonomi dan Pendidikan S3 di bidang Studi Ekonomi Pembangunan. Keduanya di Universitas Airlangga Surabaya.
Jika kemudian ia memilih profesi sebagai Dosen dan Peneliti, antara lain sebagai Dosen Tetap di UHW PERBANAS dan dosen tamu dibeberapa universitas di Indonesia merupakan jalan bagi Mufti untuk menerapkan ilmu pengetahuannya dibidang ekonomi dan kewirausahaan. Sedangkan ilmu jurnalistik yang ia peroleh dari Stikosa AWS dan pengalamannya sebagai wartawan, ia gunakan untuk menulis buku. Hobinya sejak muda yang kemudian mendorongnya untuk kuliah di Stikosa AWS.
Hampir ratusan judul buku sudah dihasilkan dari 3M, inisial populernya. Sebagian besar merupakan buku best seller. Bisa disebut antara lain : Soeharto Tak Pernah Mati, Indonesia tak butuh presiden, Membangun Ekonomi Indonesia, 7 miliyuner muda, Nikmatnya Jadi Bos, 9 Kunci Pembuka Rizki, Cerdas Investasi Syariah, Mencetak Anak Menjadi Pengusaha, Manajemen Praktis Kewirausahaan, Sang Inspirasi, UMKM Naik Kelas, Ekonomi Manajerial, Bangkitnya Start UP, UMKM Pro Ekspor, Dibawah Bendera Restorasi, Tetralogi Presiden SBY, Janji -Janji Jokowi, Anak Simpoa, Anak Melayu Chairul Tandjung, Anak Kampung dan masih banyak judul lainnya.
Di sela kesibukan mengajar dan memimpin BPKN, Mufti Mubarok juga masih melakukan aktivitas penelitian dan kajian melalui lembaga yang dipimpinnya. Yakni, Institute for Development and Economic- IDE, Pusat Kajian dan Advokasi Tanah – PUKAT dan Lembaga Survei Regional (LeSuRe). Disamping itu ia juga masih aktif sebagai Staf Khusus Bidang Perdagangan Ketua Umum KADIN Indonesia, serta Pengurus Pusat MUI bidang Komisi Pengembangan Ekonomi Umat.
Berbagai penghargaan telah diraih oleh M.Mufti Mubarok (3M). Antara lain, rekor MURI Penanganan Terbanyak dalam Sektor Jasa Keuangan tahun 2021, Rekor MURI Penanganan Terbanyak dalam Sektor Perumahan tahun 2019, Rekor MURI Doa Terpanjang di Lumpur Lapindo tahun 2014. Selain itu, ia juga mendapat penghargaan sebagai Peserta Terbaik dari Lembaga Lemhanas tahun 2014.
Di usianya yang relatif masih muda, jika tak ada aral melintang, kelak ia bisa naik ke jenjang lebih tinggi lagi. Entah sebagai apa. Setidaknya berbagai prestasi yang diraihnya menoreh kebanggaan pada salah satu almamaternya, Stikosa AWS. (sas)