Surabaya (prapanca.id) – Pemerintah Kota Surabaya terus melanjutkan inisiatif Dandan Omah atau program perbaikan Rumah Tidak Layak Huni (Rutilahu) pada tahun 2024. Dalam upaya ini, pemerintah kota berkomitmen untuk membedah sebanyak 1.500 rumah dengan alokasi dana sebesar Rp 68,7 miliar dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
“Berdasarkan banyaknya kebutuhan, untuk tahun ini kita akan prioritaskan kepada keluarga miskin,” ujar Kepala Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman serta Pertanahan (DPRKPP) Kota Surabaya, Lilik Arijanto, di kantornya, Kamis (25/1).
Lilik menjelaskan bahwa dari total 1.500 unit, 1.000 unit akan menggunakan dana Kelompok Teknis Perbaikan Rumah (KTPR), sementara 500 unit sisanya akan menggunakan dana Satuan Tugas (Satgas). Selain APBD, pemerintah kota juga menjalin kerjasama dengan beberapa pihak non-APBD, seperti Baznas Surabaya, Bangga Surabaya Peduli, dan lainnya.
“Sementara itu, setiap unit rumah yang dibedah atau diperbaiki akan dianggarkan sebesar Rp35 juta, dengan estimasi pengerjaan selama 20 hari,” tambahnya. Lilik memastikan bahwa program Dandan Omah sudah dimulai pada awal tahun ini, setelah pengusulan dilakukan oleh pihak kelurahan pada akhir tahun sebelumnya.
Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, menekankan bahwa dalam merealisasikan program Dandan Omah, pemerintah kota mengedepankan kearifan lokal, yaitu gotong-royong warga Kota Surabaya. Proses pengerjaan dilibatkan masyarakat sekitar, mulai dari kuli bangunan hingga tukang, serta pembelian alat dan bahan bangunan yang didorong dari toko-toko di wilayah tersebut.
“Dengan cara ini, perekonomian akan berputar di wilayah tersebut, sehingga program ini juga bisa menggerakkan ekonomi, bisa mengurangi pengangguran dan kemiskinan di wilayah tersebut,” kata Wali Kota Eri.
Eri juga menyoroti kekuatan gotong-royong dan guyub rukun warga Surabaya sebagai pendorong penurunan tingkat kemiskinan dan pengangguran. “Kalau kemiskinan ini sudah berkurang, pengangguran berkurang, ekonomi bergerak, maka secara otomatis bayi stunting juga bisa hilang, bayi gizi buruk bisa hilang,” tambahnya.
Wali Kota Eri menyatakan keyakinannya bahwa warga Surabaya, meskipun hidup dalam era modernisasi, tetap mempertahankan semangat gotong-royong. “Inilah hebatnya warga Surabaya, dengan zaman modernisasi, sebagai kota dunia, tapi guyub-rukunnya, gotong-royongnya tidak hilang. Top warga Surabaya. Matur nuwun (terima kasih), bangun terus bareng-bareng, sinergi kuat, Surabaya hebat,” pungkasnya. (mi)