Jakarta (prapanca.id) – Amin Ak, anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi PKS, menyampaikan kritik terhadap pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi), menyebutnya gagal mencapai swasembada pangan, khususnya dalam produksi beras.
“Pemerintah jelas tidak berhasil mengelola produksi beras di dalam negeri. Bukannya swasembada, kita malah semakin bergantung pada impor,” ujar Amin.
Dikutip dari keterangan tertulis, Sabtu (2/3/2/2024), menurut Amin, gejala penurunan produksi beras telah terlihat sejak awal 2023, dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti perubahan iklim, kelangkaan dan kenaikan harga pupuk, serta biaya produksi yang tinggi akibat dampak kenaikan harga BBM.
“Seharusnya hal ini bisa dicegah. Namun, ironisnya, pemerintah berencana mengimpor beras sebanyak 3,6 juta ton tahun ini, yang berdampak pada harga jual gabah petani yang anjlok,” tambah Amin.
Hal ini diyakini akan memperburuk kondisi produksi beras nasional dalam jangka panjang karena banyak petani menghadapi kesulitan dalam menjaga usaha pertanian mereka.
Amin juga menentang pernyataan Presiden Jokowi yang menyebutkan bahwa harga beras sudah turun. Menurutnya, harga beras masih tinggi berdasarkan pengamatan di lapangan.
“Hanya ada penurunan harga saat Bulog melakukan operasi. Tapi itu pun sangat terbatas,” ujar Amin.
Berdasarkan data panel harga Badan Pangan Nasional (Bapanas), pada Kamis, 29 Februari 2024, terjadi kenaikan harga beras premium sebesar 5,06 persen, menjadi Rp17.240 per kilogram (kg). Harga beras medium juga naik sebesar 1,54 persen, menjadi Rp14.520 per kg.
Harga beras telah mengalami lonjakan dalam beberapa pekan terakhir dan masih berada di atas harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan oleh pemerintah.
Amin berpendapat bahwa pemerintah perlu menyelidiki dan mengusut keberadaan beras impor, termasuk siapa yang mengendalikan distribusinya mulai dari proses impor hingga penyalurannya di daerah.
“Termasuk juga dugaan beras digunakan sebagai alat transaksi politik saat Pemilu. Saya yakin jika diselidiki akan terlihat keterkaitannya, yang sangat mungkin melibatkan kartel/mafia beras,” tandas Amin.
Diketahui, menjelang bulan suci Ramadhan yang diperkirakan jatuh pada tanggal 10 Maret 2024, berbagai jenis komoditas beras naik secara serempak di atas Harga Eceran Tertinggi (HET). Harga beras super pada perdagangan siang ini naik menjadi Rp19.350 per kg, sedangkan harga beras medium mencapai Rp16.100 per kg, melampaui HET yang telah ditetapkan pemerintah. (agu)