Surabaya (prapanca.id) – Surabaya, kota metropolitan yang sarat dengan bangunan dan gedung tinggi masih memiliki aset lahan kota produktif. Di kawasan barat Surabaya, Kelompok Tani (Poktan) Sri Sedono mampu menghasilkan panen tiga kali setahun.
Pemerintah Kota Surabaya aktif bekerja sama dengan Poktan Sri Sedono melalui target 6 hektar lahan persawahan dengan capaian 6 ton per hektar dan menghasilkan panen ketiga di tahun 2023 di Lahan Bekas Tanah Kas Desa (BTKD) Jeruk, Kecamatan Lakarsantri.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Surabaya, Antiek Sugiharti, menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari program ketahanan pangan yang diwujudkan melalui kolaborasi antara Pemkot Surabaya dan kelompok tani di Kota Pahlawan.
“Kelompok tani Sri Sedono mampu melakukan tiga kali panen dalam setahun berkat sistem irigasi yang baik. Sebulan lalu, mereka bahkan berhasil panen seluas 26 hektar dengan hasil 8 ton per hektar,” ujar Antiek.
Harga yang cukup menguntungkan saat ini, sekitar Rp8.000 per kilogram gabah kering, memberikan manfaat positif bagi para petani. Pemkot Surabaya juga memberikan fasilitasi alat penggilingan untuk meningkatkan pendapatan kelompok tani. Dengan menggiling padi, diharapkan mereka dapat menjual beras dengan harga lebih tinggi, mencapai Rp13.000 hingga Rp14.000 per kilogram.
Antiek menambahkan, DKPP Kota Surabaya terus memberikan pendampingan dan bantuan sarana dan prasarana kepada Poktan Sri Sedono. Mulai dari peralatan tanam hingga panen, pupuk, bibit, hingga jaring-jaring untuk melindungi tanaman dari gangguan burung. Proses seleksi bibit dilakukan dengan cermat untuk memastikan hasil panen berkualitas premium.
“Poktan Sri Sedono akan diarahkan untuk mendapatkan nilai tambah dengan menghasilkan beras, bukan hanya menjual gabah kering. Kami juga membantu dalam pemasaran, termasuk mengkoneksikan dengan jejaring konsumen dan mengadakan event seperti bazar,” jelasnya.
Ketua Kelompok Tani Sri Sedono, Suharto, mengapresiasi dukungan penuh yang diberikan oleh DKPP Kota Surabaya. Selama proses penanaman, saluran irigasi menjadi kunci sukses dalam mencapai panen tiga kali dalam setahun. Bantuan berupa sarana dan prasarana, seperti alat tanam padi, hand traktor, dan mesin penggilingan padi, memberikan kelompok tani keleluasaan untuk mandiri.
“Sampai saat ini, kami memiliki dua hand traktor, satu mesin transplanter padi, dan satu penggilingan padi sehingga memudahkan kelompok tani agar bisa mandiri,” ungkap Suharto.(mi)