Jakarta (prapanca.id) – Penetapan gamelan atau seni karawitan sebagai warisan budaya tak benda dunia (intangible cultural heritage) oleh Unesco pada tanggal 15 Desember 2021 lalu mempunyai dampak yang cukup besar bagi pelestarian seni tradisional Indonesia tersebut. Saat ini banyak bermunculan kelompok penggemar gamelan di kota-kota besar. Seni gamelan juga menjadi pelajaran ekstra kurikuler yang disukai di berbagai sekolah.
Komunitas Budaya Bodro Sewu bahkan menggelar acara khusus untuk memperingati penetapan gamelan sebagai warisan budaya tak benda dunia tersebut. Bertajuk “Anugerah Gamelan Nusantara”, komunitas ini menggelar pentas karawitan Jawa di pusat perbelanjaan Sarinah di Jl Thamrin, Jakarta Pusat, Sabtu siang (14/12).
Ibu-ibu dan remaja putri dengan seragam busana tradisional Jawa, lengkap dengan kebaya dan konde, tampak anggun dan luwes menabuh gamelan Jawa. Suasananya kontras dengan keseharian Sarinah, pusat belanja modern pertama di Indonesia, yang selalu ramai itu. Di barisan tamu undangan tampak hadir Prof. Bambang Brojonegoro, mantan Menteri Riset & Teknologi dan Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Pagelaran seni karawitan selama 2,5 jam tersebut dimainkan oleh dua kelompok komunitas Bodro Sewu, yakni Grup 1Indonesia dan Paguyuban Sewu Rahayu. Serta grup tamu, Paguyuban Catur Sagotra yang merupakan gabungan paguyuban empat keraton, yakni Kasultanan Yogyakarta, Kasunanan Surakarta, Puro Mangkunagaran dan Puro Pakualaman.
Menurut pendiri komunitas Bodro Sewu, Mutiara Gayatri, pagelaran karawitan Jawa “Anugerah Gamelan Nusantara” ini mempunyai makna bahwa Gamelan sebagai warisan budaya nusantara adalah sebuah anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa kepada Tanah Air Indonesia. Apalagi gamelan ini
sudah diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia tak benda. Oleh sebab itu perlu terus dilestarikan dari generasi ke generasi.
Menurut Gayatri, anggota komunitas ini terdiri dari beragam usia dan profesi. Mulai usia 17 sampai 71 tahun. Mulai dari pelajar, banker, lawyer, guru sampai ibu rumah tangga. Bahkan ada juga anggota berkebangsaan WNA. Di ruang galleri yang nyaman dan bersih di Jalan Gg. H. Najihun, Gandaria Jakarta Selatan, para anggota komunitas berlatih gamelan, latihan menari, latihan membatik serta perawatan batik kuno.
“Komunitas kami adalah sebuah wadah budaya untuk mempertahankan keberlangsungan seni budaya jawa. Semua ini dalam rangka nguri-uri atau melestarikan budaya sekaligus mengenalkan budaya Jawa pada lebih banyak orang, khususnya pada generasi muda di kota besar seperti Jakarta. Intinya, wong Jowo ojo lali Jowone atau orang Jawa jangan lupa ke-Jawa-annya.”ujar Gayatri. (sas)