Surabaya (prapanca.id) – Sebuah riset menunjukkan bahwa penikmat radio AM dan FM kini lebih banyak daripada televisi. Laporan tersebut menunjukkan bahwa radio sekarang memiliki keunggulan rata-rata audiens lebih dari 12 poin dibandingkan dengan televisi, khususnya pada kelompok usia 18 tahun ke atas.
Sementara itu, jangkauan mingguan radio dengan kelompok usia 18-49 menempati tempat pertama bersama media sosial dengan 81 persen, sedikit di depan video online (79 persen) dan perangkat TV terhubung (78 persen), dengan TV live dan ditunda menempati posisi kelima yang jauh di belakang dengan 58 persen.
Apa yang membuat hal ini terjadi? Menurut Dr. Jokhanan Kristiyono, M.Med.Kom., pemerhati media dari Stikosa AWS, ada beberapa faktor yang berkontribusi pada peningkatan audiens radio di banyak negara, termasuk di Amerika bahkan di Indonesia. Pertama, menurut Ketua Stikosa AWS ini, adanya trend kebangkitan podcast.
“Popularitas podcast telah meningkat pesat dalam beberapa tahun terakhir. Podcast menawarkan berbagai macam konten menarik, mulai dari berita dan politik hingga komedi dan hiburan, yang menarik bagi berbagai demografi. Platform seperti Spotify dan Apple Podcasts telah membuat podcast lebih mudah diakses dan didengarkan, sehingga meningkatkan jumlah pendengar,” terang orang nomor satu di kampus komunikasi tertua di Indonesia Timur ini.
Kedua, lanjut dia, adanya konsumsi media multitasking. Orang Amerika semakin terbiasa melakukan banyak tugas secara bersamaan, dan radio menyediakan cara yang mudah untuk tetap mendapatkan informasi dan hiburan saat mereka melakukan aktivitas lain.
Radio dapat didengarkan saat mengemudi, bekerja, atau berolahraga, sehingga menjadi pilihan yang menarik bagi orang-orang yang ingin tetap terhubung dengan dunia tanpa harus fokus pada satu layar.
“Ketiga, ini sesuai prediksi kita sejak sepuluh tahun silam, bahwa fragmentasi media akan muncul sebagai dampak dari semakin banyaknya pilihan media yang tersedia,” katanya.
Audiens semakin terfragmentasi, dan ini membuat radio menjadi platform yang lebih menarik bagi para pengiklan karena memungkinkan mereka untuk menjangkau khalayak yang lebih luas.
Di luar alasan-alasan ini, kata Jokhanan, radio memiliki kekuatan yang sulit dilampaui media lain. Yakni kedekatan dan personalisasi. Radio lokal menawarkan konten yang lebih relevan dan personal dibandingkan dengan media nasional. Stasiun radio lokal dapat fokus pada berita, acara, dan budaya setempat, yang membuat pendengar merasa lebih terhubung dengan komunitas mereka.
“Radio adalah media yang relatif murah dibandingkan dengan media lain. Hal ini membuatnya menjadi pilihan yang menarik bagi orang-orang yang ingin menghemat anggaran hiburan mereka,” tambahnya.
Seiring teknologi yang makin berkembang, yakni teknologi audio digital, radio memasuki fase penting dengan peningkatan kualitas suara secara signifikan. Hal ini membuat radio menjadi pengalaman mendengarkan yang lebih menyenangkan bagi para pendengar.
“Menambah sisi personal tadi, kekuatan nostalgia pada radio membuat banyak orang ingat pada masa lalu yang indah. Hal ini dapat membuat radio menjadi pilihan yang menarik bagi orang-orang yang ingin merasakan kembali perasaan nostalgia,” kata Jokhanan.
Seiring waktu pula, selain radio tradisional, pendengar sekarang dapat mendengarkan radio online, di smartphone mereka, dan di perangkat pintar lainnya. Hal ini membuat radio lebih mudah diakses dan nyaman untuk didengarkan.
“Peningkatan audiens radio di Amerika menunjukkan bahwa radio masih merupakan media yang relevan dan populer di era digital. Dengan menawarkan konten yang menarik, personal, dan mudah diakses, radio akan terus menjadi pilihan yang menarik bagi para pendengar di masa depan,” tutupnya. (hdl)