Surabaya (prapanca.id) – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya menegaskan komitmennya untuk secara penuh mengeliminasi kasus Tuberkulosis (TBC) melalui kolaborasi dengan mitra strategis, seperti Yayasan Bhanu Yasa Sejahtera (Yabhysa) Peduli TBC.
Pernyataan bersama mengenai upaya kolaborasi penanggulangan TBC di Kota Pahlawan diumumkan dalam acara yang dihelat di Hotel MovenPick pada Selasa, 12 Desember 2023. Forum tersebut, selain menjadi wadah diskusi, juga berfungsi sebagai evaluasi terhadap antisipasi dan penanggulangan TBC di wilayah Surabaya.
Rosita Dwi Yuliandari, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kota Surabaya, menyampaikan bahwa pihaknya telah menetapkan estimasi penemuan kasus TBC untuk Kota Surabaya berdasarkan data dari Pemerintah Pusat. Estimasi untuk tahun 2023 mencapai 11.863 kasus, dan hingga 1 Desember 2023, sudah ditemukan 10.566 kasus atau sekitar 89,06 persen dari target.
Meski telah mencapai yang signifikan, Dinkes Kota Surabaya masih berupaya mengoptimalkan pencapaian estimasi penemuan terduga TBC dengan melakukan skrining aktif secara masif, konsisten, dan terintegrasi. Estimasi suspek TBC di Kota Surabaya mencapai 60.804 pasien, dan Dinkes Surabaya berhasil menemukan 81.903 pasien atau 127,85 persen dari target.
“Kami terus memperluas skrining agar kasus yang belum diperiksa dapat segera ditangani. Hasil pemeriksaan positif dapat segera diobati dan didampingi untuk memastikan pengobatannya hingga tuntas,” jelas Rosita.
Dalam konteks Angka Keberhasilan Pengobatan TBC, Rosita menyampaikan bahwa Kota Surabaya telah mencapai 90,01 persen dari standar minimal 90 persen yang ditetapkan Pemerintah Pusat. Namun, data ini masih dinamis karena beberapa kasus masih dalam proses pengobatan dan akan terus dimonitor hingga akhir Desember 2023.
Ketua Yayasan Bhanu Yasa Sejahtera (Yabhysa) Peduli TBC, Siti Maslamah, menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan pertemuan untuk membahas analisis situasi TBC, perkembangan jejaring layanan TBC di fasilitas kesehatan pemerintah-swasta, serta kaitannya dengan pemenuhan standar pelayanan minimal (SPM) kesehatan terkait indikator TBC.
“Dalam upaya percepatan eliminasi TBC, kami melibatkan seluruh unsur baik pemerintah, swasta, institusi pendidikan, komunitas, hingga media untuk mengedukasi pentingnya melakukan pencegahan TBC,” tambahnya.
Harapannya, melalui skrining TBC yang masif di Kota Surabaya, kasus dapat terdeteksi sedini mungkin, dan pasien segera mendapatkan pengobatan gratis, termasuk dukungan transportasi bagi kasus TBC Resistensi Obat.(mi)