Surabaya (prapanca.id) – Patung Joko Dolog, salah satu peninggalan bersejarah yang berdiri di Surabaya, ternyata memiliki asal usul yang panjang dan menarik. Patung ini awalnya merupakan milik Kerajaan Singosari yang dipimpin oleh Raja Kertanegara.
Menurut Badan Pelastarianl Cagar Budaya (BPCB), patung ini sudah ada sebelum era Kerajaan Singosari, bahkan sebelum menjadi patung Buddha di zaman Kerajaan Nganjuk Medhang Panolan, meskipun belum ada prasasti resmi yang dibuat pada masa itu.
Mpu Nadha dari Kerajaan Majapahit akhirnya menulis prasasti resmi pada tahun 1289. Sejarah ini menunjukkan bahwa patung ini sudah ada sejak era Kerajaan Singosari dan Majapahit.
Arca Joko Dolog ditemukan oleh Belanda di Desa Kandang Gajah, Trowulan, Kabupaten Mojokerto, pada tahun 1812. Patung ini kemudian dipindahkan dari Trowulan ke Surabaya oleh pemerintah Belanda
Priyo Joko Sugiarto, yang kerap disapa Mbah To, beliau adalah seorang juru kunci yang menjaga patung Joko Dolog sejak tahun 1978 mengatakan bahwa patung ini dijaga oleh keluarganya secara turun-menurun hingga saat ini.
Patung tersebut rencananya akan dibawa ke Belanda, namun kapal yang membawa patung mengalami kebocoran sehingga patung tersebut ditinggalkan di tepi sungai di belakang Grahadi. Patung Joko Dolog kemudian ditempatkan di lokasi saat ini yang berada di Jl Taman Apsari.
Patung Joko Dolog bukan hanya sekadar artefak sejarah, tetapi juga simbol penting bagi masyarakat Surabaya dan sekitarnya, yang menunjukkan keberagaman dan kekayaan budaya serta sejarah Jawa Timur.
Kain kuning yang ada di patung Joko Dolog diganti setiap sebulan sekali, tepatnya pada hari Jumat Legi. Uniknya, kain bekas dari patung tersebut sering diminta oleh paranormal untuk kebutuhan pribadi mereka.
Tempat ini masih aktif digunakan untuk ibadah, terutama pada hari-hari Jumat Kliwon, Jumat Legi, dan Jumat Pahing, di mana pengunjung biasanya ramai. Pada hari-hari biasa, pengunjung yang datang hanya sekitar 2-3 orang.
Tempat ini terbuka untuk semua agama, meskipun mayoritas pengunjung adalah umat Islam dan penganut kejawen. Jam operasional resmi tempat ini adalah sampai pukul 4 sore.
Namun, untuk memfasilitasi pengunjung dari luar kota, tempat ini sekarang dibuka selama 24 jam dengan penjagaan dari orang-orang kepercayaan Mbah To. Pengunjung sering memberikan uang yang digunakan oleh Mbah To untuk biaya kebutuhan di sana.
Arca Joko Dolog di Surabaya menarik perhatian tidak hanya dari warga lokal, tetapi juga pengunjung dari luar kota dan bahkan mancanegara. Wisatawan dari berbagai wilayah di Indonesia serta negara-negara seperti Thailand dan India datang untuk melihat langsung sejarah patung ini.
Patung yang kaya akan nilai budaya dan sejarah ini terus menjadi magnet bagi wisatawan internasional yang tertarik dengan warisan budaya Jawa Timur.
“Anak muda zaman sekarang itu mas masih banyak yang belum tahu arca joko dolog ini, bahkan suatu ketika ada anak muda yang disuruh seseorang minta dupa tanpa tahu tujuannya itu apa,” ujar Mbah To.
Tim Produksi : Abdullah Sani, M. Alif Maulana