Surabaya (prapanca.id) – Galeri Dewan Kesenian Surabaya terlihat ramai. Beberapa lukisan terpasang di bangunan yang masuk area Balai Pemuda tersebut.
Ternyata di sana pada Minggu (3/12/2023) ada pameran lukisan bertema ‘Bermain dan Mempermainkan’. Dengan menampilkan 45 karya.
Pameran tersebut merupakan kolaborasi dua seniman Jawa Timur yang telah mengharumkan nama Indonesia di berbagai event pameran internasional. Mereka adalah Doddy Hernanto yang akrab disapa Mr D dan Asri Nugroho.
Berbeda dengan pameran pada umumnya, Mr D menampilkan karya dengan teknologi coding atau QR Art. Karya lukis dipadukan dengan teknologi coding yang menghasilkan quick respons (QR) dan telah memiliki hak paten. Sementara Asri Nugroho, menghadirkan enam karya lukis berkarakter semi abstrak.
Lukisan QR Art adalah kolaborasi antara karya seni, budaya, ilmu pengetahuan, dan teknologi, yang ditemukan oleh Mr D. Dia pun telah mendapat paten hak cipta dari Kemenkumham.
“Saya kan sebagai pemegang paten sejak 2021, saya harus berbagi. Kemarin ada lukisan milik Asri Nugroho, saya bikinkan QR Artnya dan discan oh isinya tentang ini, jadi teknologi mempermudah. Kita tidak perlu bertanding tapi bersanding, berkolaborasi,” ungkapnya.
Kolaborasi ini membawa dunia seni dalam dinamisasi. Seni digabungkan dengan sebuah gagasan codeisme yang mana teknologi coding dikaitkan dengan lukisan analog tokoh pemimpin. Sebut saja, sosok tokoh Jokowi, Soekarno, Gus Dur atau Abdrurrahman Wahid dan beberapa tokoh lain hadir dalam pameran tersebut.
Mr D memaparkan makna dari tema yg diusung, baginya bermain dapat terdiri dari interaksi lucu, pura-pura atau imajiner antara individu dan dengan diri mereka sendiri atau mainan. Praktik bermain terbukti di seluruh dunia dan dapat dilihat pada manusia dan hewan, khususnya dalam perkembangan kognitif dan sosialisasi mereka yang terlibat dalam proses perkembangan dan anak muda. Namun akan berbeda dengan ‘mempermainkan’ yang dianggap “tidak terstruktur” dalam literatur.
“Kata ini dapat memiliki makna yang positif maupun negatif, tergantung pada konteks penggunaannya,” ungkapnya.
Saat pembukaan mereka menampilkan teatrikal lempar gitar yang telah dilukis coding. Dua seniman ini seakan menyampaikan peran ‘bermain dan mempermainkan’ dalam teatrikal tersebut. Seseorang bermain gitar, dan yang lain ‘mempermainkan’ gitar karena merasa tidak bisa men-scan QR Art yang tertempel di gitar.
“Tanpa di-setting. Saya kadang-kadang ngoding butuh konsentrasi dua tiga jam, dan ada gangguan di handphone. Nah itu bisa bikin fokus terpecah. Itu proses,” terang Mr D.
Pameran kolaborasi antara Asri Nugroho dan Mr D ini sebagai eksplorasi seni lukis wujud dari kehidupan sehari-hari. Hitam dan putih maupun baik serta buruk yang dikemas dalam bentuk keindahan misteri yang bisa diungkap maupun tidak terungkap.
Tema tersebut dipilih dengan memunculkan dua sisi pemaknaan. Tidak ada yang benar maupun salah, lanjut Mr D, setiap orang dapat memiliki interpretasi yang berbeda-beda. Sebab seni tidak ada yang salah.
Dari sudut pandang seniman, Mr D mengatakan, kata “mempermainkan” dapat berarti sebagai sebuah eksperimen atau eksplorasi untuk menemukan teknik baru atau untuk mengekspresikan ide-ide yang berbeda dari biasanya.
Seniman dapat menggunakan berbagai macam teknik untuk “mempermainkan” lukisan, misalnya dengan menggunakan bahan-bahan yang tidak biasa, dengan menciptakan komposisi yang tidak konvensional, atau dengan menggunakan warna-warna yang tidak realistis.
Dari sudut pandang penikmat seni, “mempermainkan” dapat berarti sebagai sebuah tantangan untuk menafsirkan makna dari lukisan tersebut. Lukisan yang “mempermainkan” norma-norma seni tradisional dapat menimbulkan berbagai macam interpretasi, dan penikmat seni dituntut untuk menggunakan kreativitas dan imajinasi mereka untuk memahami makna dari lukisan tersebut.
Dalam karyanya, Mr D mengungkapkan, bahwa dirinya tidak bisa mengubah informasi yang ada di mesin pencari Google, apalagi untuk mengubahnya. Sebab, QR Art diartikan sebagai rekam jejak digital.
Pesan ‘Scan Jika Anda Berbudaya’ yang dituliskan Mr D, mendorong masyarakat untuk mencari tahu informasi termasuk dalam karya lukisan QR Art yang menyimpan berbagai informasi.
“Masyarakat kita harus diajari untuk menghargai dan mengapresiasi, sekarang ini yang berkuasa teknologi,” tandanya. (Kiki Evelin Olivia Sihaloho/20010018)