Surabaya (prapanca.id) – Dua jawara seni rupa Jawa Timur beda aliran bertemu. Bukan untuk adu sakti atau siapa yang lebih baik, namun untuk bersinergi dan saling melengkapi. Keduanya bertemu dalam ajang pameran bersama bertema ‘Bermain & Mempermainkan’ di Galeri Dewan Kesenian Surabaya (DKS) sejak 1 sampai 5 Desember 2023. Pameran lukisan yang diprakarsai pengusaha Hadi Wardoyo, CEO Kawung Innovation ini banyak mendapat kunjungan para pecinta seni.
Asri Nugroho bukan nama baru di dunia seni rupa. Menggunakan materi cat acrylic di atas kanvas sebagai media ekspresinya, pelukis kelahiran Surabaya 4 Juli 1952 ini telah melewati proses teramat panjang, sampai akhirnya memenangi penghargaan bergengsi The Philip Morris Group of Companies Indonesia Art Award (1994).
Karya lukisnya yang beraliran Realisme ini telah banyak di koleksi orang, baik di dalam maupun luar negeri. Ia pernah berpameran tunggal di Christy Gallery Singapura dan Japan Foundations Forum Tokyo. Tahun 1997 pameran di beberapa tempat di Asia dan tinggal selama 6 bulan di Korea. Sebagai pelukis, Asri Nugroho sudah mengunjungi Amsterdam (Belanda) dan beberapa negara Eropa lainnya.
Pencapaian itu tidak diperoleh instan. Ia meniti prestasi dari bawah. Selama belasan tahun ia menjadi tukang gambar poster bioskop. Baru pada awal tahun 90-an, nasibnya berubah. Saat pergi ke Bali bersama Setyoko, teman sesama pelukis, Asri Nugroho berhasil menjual lukisan kepada pemilik Galeri Barwo.
“Waktu itu lukisan saya dihargai tiga puluh ribu rupiah” ujarnya mengenang. Sejak itu tiap dua bulan sekali Asri bertandang ke Bali untuk menawarkan hasil karya lukisnya sampai mendapatkan harga yang pantas. Pekerjaan semula sebagai tukang gambar poster pun ia tinggalkan dan mantap meniti karir sebagai pelukis.
Bertolak belakang dengan aliran Asri, menggabungkan seni analog dengan digital menjadi kredo Doddy Hernanto alias Mr D dalam berkarya. Karya seni pria kelahiran Mojokerto ini tidak saja indah, namun juga menyimpan jejak digital dari masing-masing tema yang digarapnya.
Dalam pameran tersebut, Mr D memamerkan kreasinya yang dilukis secara manual, berupa wajah para tokoh, mulai dari Bung Karno, Gus Dur, para Rektor Universitas sampai Elvis Presley. Juga beragam keindahan flora dan fauna Indonesia. Namun jika lukisan tersebut di scan menggunakan aplikasi QR Art di pesawat handphone, maka akan muncul jejak digital berupa beragam informasi, foto maupun video yang terkait dengan obyek tersebut.
Menurut Mr D, karya inovasinya ini lahir setelah mengamati bentuk barcode yang tidak mengindahkan unsur seni di dalamnya, Jika sebelumnya teknologi barcode atau QR Code hanya satu dimensi berupa kode batang berwarna hitam dan statis, namun dengan kreasi Mr D, dikembangkan menjadi bentuk dua dimensi dan mampu menggabungkan QR Code dengan musik, sketsa, video dan animasi.
Saat ditemui di ruang pameran, kedua seniman yang bersahabat ini saling memuji. “Beliau ini mentor saya dalam hal melukis” kata Mr D sambil menunjuk pelukis Asri Nugroho. Yang ditunjuk membalas, “Mr D ini orangnya nggak bisa diam dan sangat inovatif. Semula saya nggak ngerti, apa artinya titik-titik di lukisannya itu. Ternyata ini bisa di scan pake hape” ujar Asri sambil terkekeh.
Melukis dengan sistem coding ini merupakan kreasi Mr D terbaru. Sebelumnya, pelukis dan pemusik ini juga berkreasi menciptakan sistem bermain gitar hanya menggunakan satu jari dengan memanfaatkan teknologi digital dan QR Art.
Aliran Baru
Jika dihubungkan dengan aliran seni lukis yang ada sekarang, maka karya-karya Mr D tergolong aliran seni lukis baru.
Saat ini dikenal 14 aliran dalam seni lukis. Pertama, aliran Realisme yang dianut oleh mayoritas pelukis sejak jaman Renaissance, sekitar abad 14, sampai sekarang. Gaya lukisan ini menekankan subjek lukisan lebih menyerupai benda asli. Seniman menggunakan perspektif untuk menciptakan ilusi ruang dan kedalaman, mengatur komposisi dan pencahayaan sedemikian rupa sehingga subjek tampak nyata.
Kedua, aliran Painterly. Gaya ini Painterly muncul ketika Revolusi Industri melanda Eropa pada paruh pertama abad ke-19. Jenis aliran ini menekankan di mana subjek diberikan secara realistis, namun, pelukis tidak berusaha menyembunyikan pekerjaan teknis mereka. Lukisan-lukisan Henri Matisse adalah contoh sempurna gaya ini.
Ketiga, aliran Impresionisme. Gaya ini masih mempertahankan penampilan realistis dari obyek. Namun lebih menekankan kesan visual yang ditangkap pada waktu tertentu di bawah cahaya tertentu. Keempat, aliran Ekspresionisme. Yakni kecenderungan seorang seniman untuk mendistorsi kenyataan dengan efek-efek emosional. Garis dan bentuk yang menyimpang serta warna berlebihan digunakan untuk dampak emosional. Ciri-ciri aliran seni rupa ekspresionisme adalah lebih menekankan pada ekspresi ketakutan, kekerasan, kesedihan, kemiskinan, dan ekpresi manusia.
Kelima, aliran Fauvisme. Gaya ini menakan kebebasan berekspresi. Biasanya lukisan fauvsman menggunakan warna liar dan kontras.Warna yang dipakai terlihat tidak jelas jika dibandingkan dengan aslinya. Penggunaan garis dalam lukisan terlihat sederhana dan terkesan jelas bahkan kuat.
Keenam, aliran Abstrak. Adalah salah satu gaya seni yang sulit untuk dipahami. Gaya abstrak merupakan kebalikan dari realisme. Pelukis dapat mengurangi subjek pada warna, bentuk, atau pola yang dominan. Ketujuh, aliran Fotorealisme. Gaya lukisan ini sangat detil dan akurat dalam melukis obyek. Beberapa pelukis bahkan menyalin foto dengan memproyeksikan ke kanvas.
Kedelapan, aliran Naturalisme. Gaya ini menampilkan objek realistis dengan penekanan seting alam. Ciri utama dari penganut aliran ini adalah obyek inspirasi yang digunakan adalah alam. Naturalisme menggambarkan keindahan alam seperti yang tertangkap oleh mata.
Kesembilan, aliran Futurisme. Gaya ini terinspirasi dari kehidupan yang berubah sejak ditemukannya mesin di awal abad 20. Ciri-ciri aliran seni rupa futurisme adalah gambar suatu objek digambarkan dalam bentuk sedang bergerak, sehingga memiliki gerak bayang disekitarnya.
Kesepuluh, aliran Kubisme. Dalam karya seni kubisme, benda dipecahkan, dianalisis, dan diatur kembali dalam bentuk abstrak. Seniman menampilkan subyek dari berbagai sudut pandang dengan proyeksi makna yang lebih besar. Kesebelas, aliran Romantisme. Ciri-ciri aliran seni rupa romantisme adalah lebih memainkan warna cerah dan mecolok pada objek dan benda disekitar objek. Dalam lukisan romantisme, ada cerita emosional dan penuh perasaan.
Keduabelas, aliran Dadaisme. Aliran ini tidak menekankan keindahan secara fisik, namun bermuatan kritik tajam, pesan perdamaian atau pesan sosial lain. Ciri-ciri aliran seni rupa dadaisme adalah gambar suatu objek cenderung berbau kekerasan, kasar, dan bersifat kritikan, sindiran ataupun plesetan.
Ketigabelas, aliran Pointilisme. Aliran ini memanipulasikan pandangan mata dalam menangkap detil kumpulan titik. Obyek akan terlihat jelas ketika dipandang dari kejauhan dan agak baur ketika dilihat dari dekat. Keempatbelas, aliran Surealisme. Untuk bisa menikmati karya surealisme, penikmat lukisan harus menggunakan kekuatan daya imajinasi. Lukisan surealis biasa diidentikkan dengan khayalan atau bentuk-bentuk tidak logis dalam dunia nyata. Karya ini memiliki unsur kejutan, barang tak terduga bisa ditempatkan berdekatan satu sama lain tanpa alasan yang jelas
Dari keempatbelas aliran tersebut, Mr D mengaku tidak berpijak kepada aliran satu pun. “Lukisan saya bisa ke aliran apapun” ujar pria gondrong tersebut.
Bahkan Mr D cenderung menamakan gaya lukisannya sebagai genre baru di dunia seni lukis, yakni aliran Codeisme. Sebab menggunakan teknologi digital sebagai medianya dan menggabungkan antara seni analog dan digital. Dengan berbagai teknik seni melukis yang unik, jika dipindai atau scan akan menghasilkan rekam atau jejak digital. Cara melukis bisa dimulai dari iPad lalu di aplikasikan ke kanvas dengan teknk retouch atau dengan teknik sebaliknya.
“Lukisan dengan teknologi QR Art ini merupakan yang pertama di dunia” ujar Mr D dengan ekspresi serius. Dan ia sudah mendaftarkan hak cipta penemuannya dan memperoleh sertifikat HKI (Hak Kekayaan Intelektual) dengan nomor pencatatan : 000296961. (sas)
1 Komentar
Pingback: Pameran Dua Seniman Jawa Timur dalam Bermain dan Mempermainkan | prapanca.id