Surabaya (prapanca.id) – Gaya komunikasi Gibran Rakabuming Raka, calon wakil presiden pendamping Prabowo Subianto dalam Pilpres 2024, dinilai cukup menarik perhatian. Menurut E. Rizky Wulandari, S.Sos., M.I.Kom., pakar komunikasi Stikosa AWS, Gibran telah mengalami perkembangan signifikan dalam kemampuan komunikasinya, baik verbal maupun non-verbal.
Gibran, yang pada awalnya terkesan enggan tampil di depan publik, kini terlihat lebih terbuka. “Ketika pertama kali muncul di depan publik, terutama saat dikenalkan oleh Presiden Joko Widodo, Gibran terlihat kurang antusias dan cenderung emosional,” ujar Rizky Wulandari, atau yang akrab dipanggil Kiky, di Kampus Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Almamater Wartawan Surabaya (Stikosa AWS) pada Kamis (23/11/2023).
Menurut Kiky, kemungkinan sikap tersebut dapat dipahami karena pada saat itu Gibran masih muda dan lebih aktif sebagai seorang pebisnis. Namun, seiring berjalannya waktu, terlihat pertumbuhan signifikan dalam kemampuan public speaking Gibran.
“Saat ini, Gibran telah memasuki tahap penguatan public speaking. Ada peningkatan yang signifikan dalam kejelasan komunikasinya, baik dalam teknik penyampaian ide maupun pesan secara terstruktur,” tambah Kiky.
Diketahui, kekuatan public speaking memiliki peran krusial dalam panggung politik. Melalui public speaking, diharapkan mampu mempengaruhi, memotivasi, atau paling tidak menarik perhatian audiens. Kiky menegaskan bahwa teknik yang benar dalam public speaking dapat mempertahankan minat audiens.
“Dari pengamatan terhadap Gibran, terutama dalam beberapa acara seperti deklarasi, pendaftaran di KPU, dan pengundian nomor urut capres dan cawapres, kita melihat bahwa Gibran kini lebih tenang dan terbuka,” ungkap Kiky.
Meski demikian, Kiky memberikan catatan bahwa masih ada ruang untuk peningkatan, terutama dalam aspek intonasi, volume suara, gerak tubuh, dan ekspresi wajah. Namun, kehadiran Gibran dalam media sejak 2014 membuat masyarakat lebih terbuka terhadapnya.
“Pertemuan Gibran dengan wartawan untuk klarifikasi soal ijazah adalah langkah yang bagus. Tidak banyak politisi yang mau melakukan klarifikasi secara terbuka, dan dukungan dari juru bicara Gibran, Emil Dardak, semakin memperjelas proses klarifikasi,” jelas Kiky.
Kiky juga menekankan pentingnya penguasaan masalah dan referensi yang kuat sebagai pendukung kemampuan komunikasi Gibran. Selain itu, kepercayaan diri yang tinggi dalam public speaking sangat diperlukan.
“Dengan aktifnya Gibran di media sosial, dia seharusnya terbiasa dengan berbagai umpan balik. Selanjutnya, perlu adanya penguatan secara berkelanjutan dalam perkembangan kualitas komunikasinya, serta komitmen untuk terus belajar dan meningkatkan kemampuan,” tambah Kiky.
Terakhir, Kiky menyarankan Gibran untuk menjaga relevansi pesan, karena public speaking dalam konteks politik harus mengarah pada pembangunan keterhubungan dengan pemilih dan calon pemilih, bukan hanya pada citra dan reputasi. (sas)