Surabaya (prapanca.id) – Sebanyak 50 mahasiswa dari Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Almamater Wartawan Surabaya (Stikosa AWS), bersama dengan 100 mahasiswa dari perguruan tinggi swasta lainnya, mengikuti pelatihan Literasi Anti Hoaks untuk menghadapi Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 di kantor Dinas Komunikasi dan Informasi (Diskominfo) Jawa Timur, Surabaya, Selasa (19/12).
Pelatihan dengan sebutan Sekolah Kebangsaan Literasi Anti Hoaks mengambil tema “Bukan Sekedar Paham, Bersikaplah Santun dan Hormat saat Berkomunikasi di Ruang Digital” ini diinisiasi oleh Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Provinsi Jawa Timur bekerjasama dengan Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) Surabaya.
Sherlita Ratna Dewi Agustin, Kepala Diskominfo Jawa Timur, dalam sambutan yang dibacakan oleh Achmad Fadlil Chusni, Kepala Bidang Aplikasi Informatika Diskominfo Jatim, mengatakan bahwa survei We Are Social tahun 2023 menunjukkan bahwa 68,9 persen penduduk Indonesia aktif di media sosial, dengan sebagian besar mengaksesnya melalui gawai. Dalam sehari, rata-rata akses internet masyarakat Indonesia mencapai hampir 8 jam, dan empat dari 10 penduduk memiliki lebih dari satu akun media sosial.
Survei Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) tahun 2023 juga menunjukkan bahwa media sosial menjadi sumber informasi utama bagi 72,6 persen masyarakat, diikuti oleh televisi (60,7 persen), dan berita online (27,5 persen). Meskipun begitu, masih banyak pengguna internet yang belum mampu memahami dan mengolah informasi dengan baik dan kritis.
Pelatihan yang dihadiri pemilih pemula ini bertujuan memberikan pemahaman tentang pentingnya literasi anti-hoaks, terutama menjelang Pemilu 2024. Adven, Koordinator Mafindo Surabaya, menyatakan bahwa mahasiswa perlu bisa menilai dan memilih informasi yang benar serta bertanggung jawab dalam menggunakan hak pilihnya.
Peserta mendapatkan empat poin materi utama, yaitu mahasiswa diajarkan tentang Pemilu dan hak pilih sebagai warga negara. Kedua, calon pemilih muda mendapatkan pemahaman mengenai peran aktif dalam demokratisasi Pemilu. Ketiga, mereka diajarkan untuk memilih dan memilah informasi, serta melakukan pengecekan fakta terkait lembaga negara penyelenggara Pemilu. Dan terakhir, pemilih muda diberikan pemahaman tentang sanksi dan hukum terkait penyebaran informasi palsu atau hoaks.
Adven menekankan pentingnya peran aktif mahasiswa dalam proses Pemilu 2024, sehingga mereka tidak menjadi apolitis atau acuh terhadap kebijakan. Suprihatin, S.Pd., M.Med.Kom., Kepala Pusat Kajian Ilmu Komunikasi Prapanca, Stikosa AWS, menambahkan bahwa program ini memberikan wawasan kebangsaan kepada mahasiswa selain pengetahuan tentang Pemilu yang diperoleh di kelas.
Sementara itu, Rahmad Gatut Marwanto, mahasiswa semester satu peminatan Digital Journalism and Broadcasting Stikosa AWS, menyampaikan bahwa pelatihan literasi anti-hoaks memberikan pemahaman lebih baik tentang penyebaran hoaks dan cara mengatasi. Ia menyebut bahwa pembelajaran ini membantu mahasiswa dalam menghadapi informasi terkait Pemilu dan memilih informasi dengan bijak.(mi)