Surabaya (prapanca.id) – Sebanyak sembilan mahasiswa Stikosa AWS berkunjung ke kantor Media Petisi di Gedung Graha Wartawan PWI Jatim, Jalan Taman Apsari 15 Surabaya, Senin (14/10/2024). Para mahasiswar didampingi dosen pengampu Ilmu Jurnalistik, Zainal Arifin Emka.
Kedatangan rombongan mahasiswa dan dosen ini disambut hangat oleh Direktur Media Petisi, Sokip SH, MH, dan sejumlah awak redaksi. Selain terbit harian versi cetak, Media Petisi juga terbit versi online. Dalam kunjungan tersebut, berbagai topik seputar pendidikan jurnalistik dibahas dengan santai.
Dalam pemaparannya, Sokip menjelaskan bahwasanya menjadi seorang jurnalis dibutuhkan sifat ingin tahu yang tinggi. Pasalnya, dalam menyajikan berita yang berkualitas bagi pembaca, mereka harus tahu lebih dulu isu yang beredar dan melakukan pendalaman.
“Untuk menjadi seorang jurnalis, pastinya harus banyak membaca. Di era sekarang memang banyak informasi beredar yang lebih praktis lewat media sosial, namun kita harus bisa melakukan peliputan sesuai dengan kaidah jurnalistik dewan pers,” ujarnya.
Dalam diskusi tersebut, Sokip menuturkan langkah paling sederhana yang bisa dilakukan adalah membaca berita di pagi hari. Untuk berita pun, ada pilihan seperti koran ataupun media online.
Menurutnya, para jurnalis harus bisa menggali isu bahkan dari lingkup terdekatnya. Sebab, kepekaan akan satu peristiwa bakal menjadi ‘sense’ tajam yang diperlukan dalam melakukan peliputan.
“Kita bisa baca dari media yang sudah terverifikasi. Kan sekarang banyak di media sosial atau website-website yang melansir dari media berita. Maka dari itu, alangkah lebih baik kalau acuan adik-adik ini baca berita di pagi hari dari sumber yang terverifikasi dewan pers,” kata Sokip.
Senada dengan Sokip, Zainal menyampaikan bahwa jurusan broadcasting maupun kehumasan, ruhnya pasti kembali pada jurnalistik. Dosen yang merupakan mantan Wakil Pimpinan Redaksi harian sore Surabaya Post ini juga menambahkan, salah satu tugas yang diemban oleh seorang jurnalis adalah menyampaikan kebenaran tanpa ada yang ditutupi pada khalayak luas.
“Kita beritakan itu sesuai fakta. Kalau yang terjadi A ya tulisnya A. Kalau B ya tulisnya B. Jangan ada manipulasi, karena kita memiliki tanggung jawab pada masyarakat,” pungkas dosen yang sudah mengabdi di Stikosa AWS selama 30 tahun tersebut. (sas)