Jakarta (prapanca.id) – Ketua Presidium Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo), Septiaji Eko Nugroho, mengajak generasi muda untuk aktif berperan sebagai agen perdamaian dan melawan penyebaran hoaks. Salah satu caranya adalah dengan memanfaatkan teknologi media dan perkembangan tren untuk menyebarkan pesan-pesan kebangsaan dan melakukan sosialisasi langsung di lingkungan sekitar.
Menurut Septiaji, isu hoaks adalah tantangan global yang semakin merajalela, terutama dalam konteks tahun politik. Kebijakan terkait isu hoaks adalah penting karena penyebaran informasi palsu dapat mengganggu perdamaian dan memicu polarisasi yang kuat.
Septiaji juga mencatat aksi solidaritas untuk Palestina yang saat ini menjadi sorotan. Meskipun aksi tersebut penting, seringkali aksi semacam itu disertai dengan narasi yang tidak bisa dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, ia mendorong generasi muda untuk berpikir kritis dan tidak terprovokasi oleh konten-konten yang menghasut dari kelompok radikal dan intoleran.
Septiaji mengingatkan bahwa teknologi digital yang semakin canggih membuat kemampuan persuasi dan manipulasi emosi orang menjadi lebih kompleks. Penggiringan isu negatif biasanya juga berkaitan dengan politik identitas, dengan tujuan memanipulasi individu yang tidak memiliki pengetahuan komprehensif.
Ia menekankan bahwa generasi muda perlu memiliki ketahanan dan pengalaman dalam menghadapi konten hoaks dan kebencian sehingga tidak mudah terpengaruh olehnya. Risiko-risiko ini terutama mungkin terjadi di era digital, terutama ketika hoaks berkembang dan kepercayaan publik pada institusi pemerintah menurun.
Septiaji juga mengingatkan generasi muda untuk tidak menjadi “katak dalam tempurung” yang hanya memahami satu perspektif dan menolak pemikiran yang berbeda. Ia mengatakan bahwa individu atau kelompok yang merasa selalu benar sendiri cenderung memiliki pemikiran sempit, yang memungkinkan isu-isu radikalisme untuk ditanamkan dengan mudah. (sas)