Surabaya (prapanca.id) – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya terus memperlihatkan komitmennya dalam menangani permasalahan banjir yang telah lama menjadi masalah di sejumlah wilayah Kota Pahlawan. Melalui penerapan skala prioritas dan pemetaan wilayah, Pemkot Surabaya berhasil mengurangi titik lokasi banjir sebanyak 201 titik selama dua tahun terakhir, dari 451 titik menjadi 250 titik.
Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, menyampaikan bahwa penurunan jumlah titik banjir ini merupakan hasil dari upaya Pemkot Surabaya. Ia menjelaskan bahwa saat awal masa jabatannya, terdapat 451 titik banjir, namun kini telah berhasil menguranginya menjadi 250 titik. Titik banjir yang tersisa merupakan posisi saluran-saluran primer dan sekunder yang membutuhkan biaya besar untuk penanganannya.
“Sewaktu saya menjabat pertama kali, titik banjir ada 451 titik, hari ini dua tahun menjabat menjadi 250 titik. 250 titik ini tinggal yang posisi saluran-saluran primer dan sekunder, sehingga membutuhkan biaya besar,” kata Wali Kota Eri Cahyadi pada Jumat (12/1).
Wali Kota Eri menyatakan targetnya agar jumlah titik banjir terus berkurang setiap tahunnya. Ia bahkan berambisi untuk menjadikan tahun 2026 sebagai tahun di mana tidak ada lagi titik banjir di Kota Surabaya.
“Selama ini orang tidak tahu, kok banjir, saya sampaikan banjir itu kalau sampai satu hari. Tapi kalau 15-20 menit hilang, itu tidak banjir tapi genangan. Nah, itu terjadi karena ada saluran yang tidak terpenuhi,” jelasnya.
Salah satu indikator penyebab genangan adalah elevasi permukaan air laut yang lebih tinggi dari daratan. Hal ini mengakibatkan air yang mengalir tidak dapat langsung masuk ke laut saat hujan turun.
“Jadi ketika hujan dia (aliran air) pasti tidak bisa langsung masuk ke laut, jadi butuh waktu. Nah, itu genangan, maksimal 15-20 menit,” tambahnya.
Wali Kota Eri juga menyoroti berkurangnya lahan kosong di Surabaya sebagai tempat resapan air, yang turut menyebabkan genangan. Oleh karena itu, setiap kawasan perumahan yang dibangun seharusnya menyediakan lahan untuk resapan air hujan.
“Kalau dulu itu tanah lapang yang dibuat menampung air, tiba-tiba dibuat perumahan, ya secara otomatis daya tampungnya berkurang. Sehingga perumahan itu seharusnya ada daya tampung air, tapi sudahlah itu, hari ini kita selesaikan,” paparnya.
Wali Kota Eri menegaskan bahwa penanganan banjir tetap menjadi prioritas Pemkot Surabaya di tahun 2024. Dalam upaya menyelesaikan masalah tersebut, Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) menjalin perjanjian kontrak kinerja dengan Wali Kota Eri Cahyadi.
“Perjanjian kontrak kinerja sudah saya tandatangani. Dan saya tandatangannya tidak hanya kepala dinas, tapi kepala bidang juga langsung tandatangan dengan saya,” tutupnya. (mi)