Surabaya (prapanca.id) – Teknologi digital di Indonesia terus tumbuh. Sayang, di balik peluang yang terus tumbuh, tantangan sosial masih bermunculan. Mengutip catatan Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, rata-rata kebutuhan talenta digital sebanyak 458.043 orang per tahun, dalam kurun waktu 2025-2030.
“Angka ini menunjukkan betapa besarnya kebutuhan akan tenaga kerja yang memiliki keahlian di bidang digital,” ungkap Jokhanan Kristiyono, Ketua Stikosa AWS.
Ia pun menjelaskan, Indonesia sedang mengalami transformasi digital yang sangat pesat. Hal ini mendorong kebutuhan akan talenta digital yang semakin meningkat.
“Di sini kita menyadari, meskipun sudah banyak upaya yang dilakukan, namun kebutuhan talenta digital di Indonesia masih belum terpenuhi. Terdapat kekurangan yang signifikan antara jumlah talenta yang tersedia dengan kebutuhan industri,” terangnya.
Padahal, lanjut dia, talenta digital tidak hanya sektor teknologi, namun hampir semua sektor saat ini membutuhkan talenta digital. Mulai dari perbankan, e-commerce, hingga pemerintahan.
Penulis buku Komunikasi Grafis dan Konvergensi Media ini juga mengingatkan, seiring pertumbuhan ekonomi digital, lahirlah startup dan perusahaan teknologi baru yang membutuhkan talenta digital.
“Banyak proses bisnis yang kini diotomatisasi dan didigitalisasi. Hal ini membutuhkan tenaga kerja yang memiliki kemampuan dalam mengoperasikan dan mengembangkan teknologi. Perusahaan-perusahaan ini jelas membutuhkan talenta digital yang mampu mengikuti perkembangan teknologi terbaru,” tegasnya.
Sejauh pengamatannya, Jokhanan kemudian memberi informasi terkait keahlian talenta digital yang saat ini dibutuhkan. Seperti keahlian dalam berbagai bahasa pemrograman seperti Python, Java, dan JavaScript sangat dibutuhkan. Kemudian desain, cybersecurity, hingga cloud computing.
“Tak kalah penting adalah kemampuan menganalisis data dan data visual untuk mengambil keputusan bisnis yang tepat sangat penting. Kemampuan ini memiliki peran penting di masa sekarang,” tambah Jokhanan.
Itu sebabnya, di Kampus Stikosa AWS, kemampuan analisis data dan data visual jadi salah satu kajian dalam perkuliahan, tepatnya di peminatan Digital Public Relations, Prodi Ilmu Komunikasi.
“Mahasiswa kita ajak berkenalan dengan analisa krisis manajemen PR, riset pemasaran media, kampanye digital, analisis riset sosial media, dan masih banyak lagi,” tambahnya. Langkah ini, kata dia, mengiringi upaya pemenuhan kebutuhan talenta digital di Indonesia. (sas)