Surabaya (prapanca.id) – Ketua Stikosa AWS, Dr Jokhanan Kristiyono, M.Med.Kom menerima kunjungan Doddy Hernanto alias Mr D, seniman pencipta gitar bergawai atau dikenal gitar sistem satu jari dan pencipta aliran seni lukis baru yang disebut codeisme di kampus Stikosa AWS, Senin siang (9/9/2024).
Kunjungan Mr D disertai Hadi Waluyo, CEO Kawoong Innovation, yang mewadahi para kreator seni dan karya inovasi anak bangsa.
Yang menarik dari hasil kunjungan seniman inovatif kelahiran Mojokerto itu ialah kesediaannya untuk memeriahkan acara Festival Komunikasi pada bulan November mendatang yang merupakan tradisi kampus Stikosa AWS setiap menyambut Dies Natalis.
Sebagai seniman yang menguasai musik dan seni lukis sekaligus, Mr D akan unjuk kebolehan dan menularkan ilmunya tentang penerapan teknik digital dalam karya seni.
“Wah ini sangat pas dengan mata kuliah Komunikasi Visual. Saya akan kenalkan contoh penerapan Digital Visual dan AI Visual pada para mahasiswa” ujar Jokhanan gembira, yang juga mengajar mata kuliah Komunikasi Visual di Stikosa AWS.
Sementara itu Hadi Waluyo juga berencana menggelar Festival & Lomba Musik Jalanan di kampus Stikosa AWS.
“Semula lomba ini akan saya adakan di Malang. Tapi setelah melihat kondisi kampus Stikosa AWS, saya berpikiran untuk menggelar lomba di kampus ini” ujar pengusaha kontruksi gedung bertingkat itu.
Dalam pertemuan penuh keakraban tersebut, Mr D menyerahkan cenderamata hasil karyanya berupa karya lukis codeisme, lukisan foto diri Jokhanan yang jika di scan menggunakan QR Art maka akan muncul jejak digital atau big data tentang Ketua Stikosa AWS tersebut.
Bagi komunitas seni di Indonesia, nama Mr D memang sudah cukup dikenal. Ia dikenal sebagai seniman yang selalu melakukan inovasi. Sebagai pemusik, ia berinovasi menciptakan sistem gitar bergawai digital yang dikenal dengan sistem gitar satu jari.
Beberapa kali ia pentas kolaborasi dengan irama musik lain, mulai dari Kyai Kanjeng pimpinan Emha Ainun Najib sampai musik jaranan. Ia juga menulis e-book tentang teori gitar satu jari dan pada tahun 2000-an mendirikan majalah musik Hot Cord yang banyak dijadikan rujukan para pemusik pemula.
Karya gitar bergawai ini sudah ia pamerkan di Italia dan Perancis saat ia diundang pemerintah kedua negara tersebut bersama tim Kementerian Hukum & HAM Republik Indonesia.
Sedangkan QR Art dalam bentuk karya lukis Codeisme ini adalah kreasi terbarunya sejak 4 tahun belakangan ini.
Karya ini menggabungkan seni analog dan digital dan merupakan eksplorasi dari QR Code dalam bentuk artistik dan bisa menyimpan big data, baik dalam bentuk audio maupun visual. Untuk kedua karyanya tersebut, ia sudah mendapatkan hak cipta dari Kementerian hukum & HAM RI. (sas)