Partai Gerindra menggelar Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) tertutup yang dilaksanakan di Jakarta International Expo pada 15 Desember 2023. Saat acara tersebut berlangsung, video sambutan Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, tersebar di media sosial. Dalam video tersebut, Prabowo terlihat menirukan Anies Baswedan, terutama terkait isu etika dan konsistensi politik.
Dalam konteks teori kultivasi, media massa memiliki potensi untuk membentuk persepsi dan pandangan masyarakat terhadap suatu isu atau tokoh politik. Dalam kasus ini, penyebaran video tersebut di media sosial dapat memengaruhi persepsi publik terhadap Prabowo dan Anies. Terlepas dari klaim bahwa ini adalah gurauan belaka, tindakan Prabowo menirukan Anies dapat dianggap sebagai strategi komunikasi politik yang memanfaatkan media untuk memengaruhi opini publik.
Prabowo tampaknya mencoba mengkritik Anies terkait etika dan konsistensi politiknya. Namun, pernyataan tersebut mungkin dilihat sebagai upaya untuk mengalihkan perhatian dari isu-isu yang lebih substansial. Dalam debat capres sebelumnya, Anies membahas pelanggaran etika dalam pendaftaran Prabowo sebagai calon presiden, yang kemudian ditegaskan oleh putusan Mahkamah Konstitusi.
Dalam konteks kultivasi, penekanan pada isu-isu pribadi dan retorika yang meniru lawan politik dapat membingungkan publik dan mengaburkan fokus dari perdebatan kebijakan yang lebih penting. Strategi semacam ini dapat merugikan proses demokrasi dengan mengalihkan perhatian dari substansi masalah dan merendahkan kualitas dialog politik.
Saran untuk memperbaiki dinamika ini adalah melalui peningkatan transparansi dan substansi dalam komunikasi politik. Partai politik seharusnya fokus pada pemahaman dan pemecahan masalah yang dihadapi masyarakat. Jika memang terdapat perbedaan pandangan atau kritik terhadap lawan politik, hendaknya disampaikan dengan cara yang lebih konstruktif dan jelas, tanpa perlu meniru atau mengalihkan perhatian dari isu pokok.
Selain itu, partai politik perlu memahami dampak dari penyebaran informasi di era media sosial. Kontrol terhadap informasi yang tersebar, terutama dalam konteks acara internal, perlu diperketat untuk menghindari manipulasi opini publik yang tidak sesuai dengan substansi isu yang sebenarnya.
Dalam rangka membangun budaya politik yang sehat, partai-partai politik seharusnya memberikan contoh sikap yang positif dan berintegritas. Masyarakat membutuhkan pemimpin yang fokus pada pemecahan masalah dan berkomunikasi secara jelas, bukan hanya melalui taktik retorika yang dapat merugikan proses demokrasi.