Jakarta (prapanca.id) – Kementerian Komunikasi dan Informatika terus menggelar Program Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai perkembangan teknologi digital, termasuk kecerdasan buatan (AI).
Dalam sebuah talk show di Universitas Binus, Jakarta Barat pada Rabu (6/12/2023), Wakil Menteri Kominfo Nezar Patria menegaskan bahwa pemanfaatan kecerdasan buatan perlu diatur agar tidak menimbulkan dampak merugikan.
Sejak tahun 2017 hingga 7 November 2023, GNLD telah diikuti oleh lebih dari 5,9 juta peserta dari seluruh penjuru Indonesia. Program ini menjadi langkah Kementerian Kominfo untuk meningkatkan literasi penggunaan teknologi digital, termasuk kecerdasan buatan.
Wamenkominfo Nezar Patria mengungkapkan bahwa GNLD memiliki fokus khusus pada literasi penggunaan AI. Program ini bertujuan agar masyarakat lebih sadar terhadap dampak dan potensi dari penggunaan kecerdasan buatan.
Dalam konteks ini, Nezar Patria juga menyoroti Program Digital Talent Scholarship (DTS), yang memberikan pelatihan keahlian teknologi digital, seperti artificial big data analytics dan digital marketing.
Meskipun pemanfaatan kecerdasan buatan memberikan dampak positif, Wamenkominfo menekankan adanya dampak negatif, seperti penyebaran informasi palsu dan deep fake. Oleh karena itu, ia menegaskan perlunya pengaturan yang melibatkan berbagai pihak yang memiliki kepentingan yang sama.
Dalam mengantisipasi risiko dan dampak negatif, Kementerian Kominfo berencana mengeluarkan Surat Edaran Pedoman Etik Penggunaan AI. Pedoman ini akan menjadi acuan bagi para pelaku usaha yang menggunakan teknologi kecerdasan buatan.
Meski bukan aturan hukum, Nezar Patria mengimbau agar pelaku usaha selalu merujuk pada aspek inklusifitas, transparansi keamanan, demokrasi, dan akuntabilitas. Surat edaran ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pengguna AI untuk tetap memaksimalkan manfaatnya sambil meminimalkan risikonya.
Dalam acara talk show tersebut, turut hadir Tirta Nugraha Mursitama dari Bina Nusantara University, Mohamad Miradi dari Kumparan, dan figur publik Cinta Laura. (sas)