Surabaya (prapanca.id) – Masyarakat Madura bukan hanya populer dengan carok dan karapan sapinya. Mereka pun dikenal dengan karakter yang ceplas-ceplos, cuek, keras, pemberani dan memegang teguh syariat Islam. Agaknya beberapa karakter orang Madura yang patut di contoh utamanya dalam hal berbisnis.
Hal itulah yang terlihat dalam sosok Cholis, 41, warga asal Sampang, Madura. Bapak satu anak ini memilih merantau di Kabupaten Sidoarjo sejak 2010. Cholis memboyong istri ke Kota Delta guna meneruskan jiwa dagang yang diwarisi dari orang tuanya.
Di Sidoarjo sendiri, jumlah UMKM telah mencapai 13.075 dengan 68 jenis usaha yang tersebar di 18 Kecamatan. Dari total tersebut diantaranya adalah toko Madura. Sebagian besar mereka muncul justru tak jauh dari toko modern seperti Indomaret dan Alfamart. Mereka pun meyakini ada yang tidak bisa disamai oleh jejaring toko ritel tersebut.
Badan Cholis basah, Selasa (16/1/2024) malam. Ia memang baru saja selesai mandi dengan hanya mengenakan sarung tanpa baju. Rupanya memang baru saja selesai dari kamar mandi yang ada di belakang tokonya. Pria berambut cepak ini mengaku kalau baru bangun tidur setelah terlelap sepanjang siang.
Diiringi gerimis sepanjang sore, malam itu terlihat seorang anak kecil tertidur pulas. Hanya beralaskan kasur lantai, Cholis sesekali mengipasi putrinya dengan selembar kardus. Ia rupanya kebagian menjaga toko sift malam. Siangnya yang menjaga toko adalah sang istri. Cholis mengakui bahwa bisnis dagangnya ini sudah berjalan setahun lebih pasca pandemi Covid-19.
Cholis sendiri merupakan seorang penjaga toko Madura di sekitaran Jl Sidodadi, Kecamatan Candi, Kabupaten Sidoarjo. Letaknya persis disebelah Puskesmas Sidodadi yang telah diresmikan Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali pada 2021.
Bersama istrinya, Anik, 37, mereka sudah memulai bisnis dagangnya sebagai toko kelontong. Pasca merebaknya toko Madura, ia pun merombak total gerainya hingga mirip toko Madura pada umumnya. Di mana, pom mini menjadi ciri khas toko Madura harus terlihat paling depan.
“Ya, ini untuk penanda kalau toko ini buka 24 jam. Tutupnya kalau hari kiamat,” katanya sembari memegang hapenya yang seakan menerima order online ini.
Menariknya dari toko Madura milik Cholis ini adalah lokasinya berdekatan dengan Indomaret. Letaknya bersebelahan dengan Puskesmas Sidodadi. Di depan tokonya adalah Perumahan Citra Sentosa Mandiri (CSM) yang ada toko modern serupa yakni Alfamart. Namun, ia mengaku tidak gentar bersaing secara bisnis dengan minimarket yang sudah kondang itu.
“Saya berprinsip bahwa rezeki sudah ada yang mengatur, asal kita mau berusaha. Buktinya apa, warga sekarang ini lebih memilih membeli di toko saya,” ungkap pria asal Sampang ini.
Bapak satu anak ini pun memastikan bahwa tidak ada tarikan parkir selama membeli di tokonya. Bahkan, dirinya berani memberikan harga di bawah Indomaret dan Alfamart. “Selisih 2 ribu sampai 3 ribu kan lumayan bagi ibu-ibu rumah tangga. Belum lagi tidak ada biaya parkir kan,” ulasnya.
Bahkan, dirinya menegaskan bahwa apa yang tidak ada di Indomaret dan Alfamart, tokonya menyediakan. Seperti bahan bakar minyak (BBM) untuk kendaraan bermotor. “Pertalite ada, pertamax juga ada lho. Ada tuh permainan mengggunakan koin kalau rezeki dapat boneka,” kata sembari menunjukkan mesin mainan yang penuh boneka di dalamnya.’’
Lebih jauh, Cholis bercerita bahwa penghasilannya dalam sebulan bisa melebihi gaji karyawan di perkantoran yang sesuai Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK). Dalam sehari yang terhitung 24 jam, tokonya bisa menjual barang sampai Rp5 juta. Itupun omzet rata-rata. Sebab kalau sedang ramai penghasilannya bisa jauh melampaui itu. “Kalau ramai bisa sampai Rp7-8 juta,” ungkapnya.
Dari penghasilan dalam sehari itu, Cholis dan istrinya tetap menyisihkan uang untuk biaya sewa rumah yang dijadikan tokonya itu. “Tapi tetap saya menyisihkan hasil uang yang saya dapat itu untuk kontrak rumah. Sisanya untuk kulakan lagi barang-barang yang sudah menipis,” jelasnya.
Dari segi barang-barang yang dijual di tokonya diakui masih sangat umum. Mulai sembako, aneka rokok, jajanan makanan dan minuman hingga perlengkapan mandi. Namun, satu hal yang membuat orang selalu membeli di tokonya. “Harganya lebih murah,” katanya.
Guna memastikan tokonya bisa memberikan harga murah di bawah toko modern, Cholis dan istrinya harus pandai mencari agen yang murah. Sebab, kalau dari pemasok saja harganya sudah rendah, ia bisa mematok harga yang rendah juga pada pembeli.
“Enggak apa-apa kita ambil untung kecil, tapi selalu remai karena lebih murah. Daripada harga tinggi tapi sepi,” tuturnya.
Ada hal lain yang membuat Cholis optimistis tokonya bisa bersaing dengan toko modern. Menurutnya, ada beberapa hal yang toko miliknya, tapi tidak dipunyai toko modern.
“Yang paling kelihatan itu jam operasinya, saya 24 jam non stop. Jangan salah loh omzet di malam hari itu banyak banget, Mas,” uajarnya.
Dulu, kata Cholis, toko-toko Madura memang sudah mulai menjual bensin eceran. Namun, caranya masih sangat konvensional dengan ditata rapi berjajar di rak dalam botol kaca. Namun, sekarang ini sudah punya pom mini di depan tokonya. “Nah, pom ini menjadi pembeda dengan Indomaret dan Alfamart,” tegasnya. (Gegeh Bagus Setiadi/22010061)