Surabaya (prapanca.id) – Setelah meraih gelar sarjana, banyak di antara kita merasa bangga dengan pencapaian tersebut. Meski demikian, seringkali ada satu aspek yang terlupakan dan dapat menjadi sesuatu yang kita sesali di kemudian hari : Koneksi.
Tidak dapat dipungkiri bahwa setelah menjalani proses wisuda, koneksi dengan sivitas akademika cenderung tidak seerat ketika masih berstatus sebagai mahasiswa. Padahal, jaringan koneksi dengan sesama anggota komunitas akademis bisa menjadi kunci sukses yang potensial membuka pintu menuju peluang pekerjaan di masa depan.
Sayangnya, kesadaran akan pentingnya koneksi sering kali muncul terlambat, terutama ketika masih terfokus pada tugas dan aktivitas mahasiswa.
Menurut penulis dan headhunter, Warren Rosaluk, dalam bukunya “Throw Away Your Resume and Get That Job”, setiap orang rata-rata memiliki jaringan pertemanan sekitar 200 orang. Bayangkan berapa banyak teman sekelas, sejurusan, atau sefakultas yang mungkin sudah Anda kenal. Belum lagi teman-teman dari organisasi kemahasiswaan yang membentang lintas jurusan dan fakultas.
Namun, seberapa banyak informasi yang kita miliki tentang mereka semua? Adakah cara untuk mengelola dan memelihara hubungan tersebut setelah masing-masing individu menjalani kehidupan pribadinya?
Berita baiknya, era media pesan instan seperti WhatsApp atau Telegram, serta beragam platform media sosial, dapat menjadi alat yang efektif untuk merawat dan mengaktifkan kembali koneksi-koneksi lama.
Sebelum melangkah lebih jauh dengan mengirim CV melalui LinkedIn atau menyebarkan surat lamaran, ada baiknya meluangkan waktu untuk memeriksa kembali koneksi lama. Dalam dunia koneksi, terdapat konsep yang dikenal sebagai “mata rantai kuat” dan “mata rantai lemah”.
Mata rantai kuat menggambarkan hubungan yang sangat erat, di mana informasi baru cenderung sedikit karena intensitas interaksi yang tinggi. Sebaliknya, hubungan mata rantai lemah, yang mungkin sudah lama tidak terjalin dengan baik, dapat menjadi sumber informasi baru yang berharga untuk kemajuan karier.
Ada rumus sederhana yang dapat diikuti. Lakukan kontak dan interaksi selama minimal 2 minggu sebelum membahas tentang kepentingan dan upaya terkait pencarian pekerjaan. Selama interaksi tersebut, berikan kontribusi positif dengan menawarkan bantuan atau solusi untuk menyelesaikan masalah mereka.
Gary Vee, seorang pakar bisnis, menyarankan pendekatan yang disebut “jab, jab, jab, and right hook”. Ini berarti memberi lebih dulu sebelum meminta. Dalam konteks koneksi, memberi bisa berupa bantuan, informasi, atau dukungan sebelum meminta bantuan terkait pekerjaan.
Selamat menjalin koneksi untuk meraih kesuksesan Anda di dunia karier! (sas/www.linkedin.com/in/bambangharyanto1)