New York – (prapanca.id) – Indonesia menginisiasi pembentukan aliansi negara-negara pada Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) di New York, untuk mendorong penanganan tuberkulosis (TB) di tingkat global secara konsisten. Inisiatif Indonesia ini didukung oleh Polandia, Filipina, dan Nigeria yang bersama-sama menjadi Co-Chairs the Alliance, serta Badan Kesehatan Dunia WHO. Hingga saat ini, total 22 negara telah tergabung dalam Aliansi.
“Upaya kita melawan tuberkulosis telah berlangsung sejak lama, namun tidak ada satupun kerangka PBB yang secara rutin dan konsisten dorong perhatian terhadap tuberkulosis,” disampaikan oleh Wakil Tetap Indonesia untuk PBB, Duta Besar Arrmanatha Nasir, dalam pidato pembukaan Launching of Alliance of Countries on the Fight against Tuberculosis (Alliance), di New York (2/2).
Werner Obermeyer, Direktur WHO di New York, menyambut baik inisiatif tersebut, memberikan dukungan penuh untuk menjadikan Aliansi menjadi penggerak utama pembahasan TB di PBB. Aliansi dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk pembaharuan, bertukar pandangan, dan berbagi pengalaman dan pengetahuan untuk meningkatkan kesadaran di kalangan pengambil keputusan tentang isu kesehatan serta dapat menjadi komponen penting, dalam arsitektur penanganan TB di tingkat global.
Dalam tanggapannya, Duta Besar PBB Polandia, Krzysztof Szczerski, menyampaikan apresiasi atas kepemimpinan Indonesia dalam membentuk Aliansi. Dukungan serupa juga datang dari Duta Besar Filipina untuk PBB, Antonio Manuel Lagdameo, dan Kuasa Ad-Interim Nigeria untuk PBB, Bola Asaju. Meskipun beberapa negara telah aktif melibatkan diri dalam penanganan TB dengan tes dan pelacakan, implementasi komitmen global masih memerlukan dorongan lebih lanjut.
Peringkat Tertinggi Kedua
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini biasanya menyerang paru-paru, tetapi juga dapat menyerang bagian tubuh lain seperti ginjal, tulang belakang, atau otak. Gejala umum TB termasuk batuk kronis, demam, penurunan berat badan, serta keluar keringat tanpa sebab pada waktu malam.
Di Indonesia, TB masih menjadi masalah kesehatan yang signifikan. Menurut data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, jumlah penderita TB di Indonesia masih sangat tinggi. Bahkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merilis Global TB (Tuberculosis) Report 2023 yang melaporkan bahwa kasus TBC di Indonesia menempati peringkat tertinggi kedua di dunia.
Pemerintah Indonesia telah melaksanakan program pengendalian TB mencakup diagnosis dini, pengobatan yang tepat, pemantauan pasien, dan pencegahan penularan TB. Pemberian obat anti-TB (OAT) secara gratis kepada pasien adalah bagian dari strategi pengendalian TB di Indonesia. Program ini juga mencakup upaya edukasi masyarakat tentang gejala TB, pentingnya pengobatan yang konsisten, dan tindak lanjut medis yang tepat. Hal ini dikarenakan tuberkulosis merupakan program pemerintah baik pusat maupun daerah dan menjadi target pemerintah untuk mendukung eliminasi TBC atau Indonesia bebas Tuberkulosis tahun 2030 mendatang.
TBC dapat disembuhkan secara tuntas dengan menjalani pengobatan hingga tuntas. Untuk menjalani pengobatan masyarakat dapat terlebih dahulu memeriksakan diri ke Puskesmas atau rumah sakit terdekat. Diagnosa awal pengobatan diberikan secara gratis dan bagi pasien TBC yang menggunakan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) dari program semua pengobatan ditanggung pemerintah. Kepatuhan menjalani pengobatan secara teratur selama enam bulan dan rutin meminum obat menjadi kunci keberhasilan kesembuhan pasien TBC. (sas)