Surabaya (prapanca.id) – Sebagai kampus media tertua di Indonesia Timur, Stikosa-AWS banyak melahirkan tokoh pers nasional maupun profesional Public Relation/Humas yang mempunyai kompetensi yang menonjol di perusahaan maupun instansinya.
Salah satu alumni yang menonjol adalah Imawan Mashuri, SH, MH, yang saat ini menduduki jabatan Ketua Badan Pengurus Yayasan Pendidikan Wartawan Jawa Timur (YPWJT).
Yayasan ini membawahi Stikosa-AWS dan beberapa sekolah menengah. Antara lain SMK Prapanca 1 & 2 yang berada satu komplek dengan Stikosa-AWS, SMP & SMA Atma Widya, berada di Jl. Kapasari, kampus lama Akademi Wartawan Surabaya (kini menjadi Stikosa-AWS).
Tak banyak yang tahu, Imawan Mashuri, kelahiran Lawang-Malang pada 3 September 1961, adalah tokoh pers nasional asal Jawa Timur. Penobatannya sebagai tokoh pers itu dilakukan di gedung negara Grahadi, saat peringatan Hari Pers Nasional tahun 2019. Bahkan Imawan juga pemegang Pers Card Number One dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat.
Tidak Cuma itu, tahun 2011 Imawan juga mendapat penghargaan prestasi Lifetime Achievement dari Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jawa Timur atas kepeloporannya mendirikan dan membesarkan beberapa TV Lokal di Indonesia. Antara lain, JTV di Surabaya, Fajar TV di Makassar serta beberapa TV lokal lain. Atas perannya tersebut, Imawan juga terpilih sebagai Ketua Umum Assosiassi Televisi Lokal Indonesia (ATVLI).
Menjadi wartawan sejak usia 19 tahun, sambil kuliah jurnalistik di Stikosa-AWS dan kuliah lagi mengambil ilmu Hukum di Unisma Malang dan mendapat gelar lulusan Magister Hukum terbaik, lalu mendapat kepercayaan memimpin sejumlah perusahaan media dan organisasi besar memang sesuatu banget.
Jarang sekali orang yang bisa mendapat kesempatan seperti itu. Dibutuhkan daya juang dan motivasi besar untuk meraih sukses.
Dalam beberapa kesempatan omon-omon santai, Ketua YPWJT itu sering menceritakan beberapa triknya ketika melakukan wawancara dengan Pejabat Tinggi atau Menteri yang biasanya susah untuk diwawancara secara pribadi.
Salah satunya saat bisa wawancara eksklusif dengan Prof. Emil Salim, yang waktu itu sebagai Menteri Lingkungan Hidup. Saat Pak Emil Salim sudah masuk mobil, dengan sigap Imawan memasukkan siku tangannya ke kaca mobil sehingga sopir Pak Menteri tidak bisa menjalankan mobilnya. Kesempatan langka itu digunakan untuk mewawancarai Pak Menteri.
“Wartawan harus mempunyai seribu satu cara untuk bisa menembus sumber berita dan mendapatkan berita yang eksklusif” ujarnya.
Imawan mengakui mentor utamanya dalam jurnalistik dan manajemen adalah Dahlan Iskan, yang menjadikannya Wartawan sejak usia 19 tahun. Bersama mantan Menteri BUMN tersebut, Imawan ikut bahu membahu membesarkan koran Jawa Pos, dari koran yang oplahnya masih kecil sampai menjadi koran nasional yang terbit di daerah.
Ia sering ditugaskan Dahlan Iskan untuk membangun dan mendirikan koran di berbagai daerah, dari Manado sampai Batam. Bahkan pernah menjadi Dirut sekaligus 24 perusahaan dan Komisaris di puluhan perusahaan, termasuk Office Building dan Hotel. Karya Event Organizer yang spektakuler adalah Konser Kantata Taqwa di Surabaya.
Bidang seni & sastra memang termasuk salah satu hobbynya. Era tahun 80-an, wajah gantengnya sering muncul sebagai pemeran utama beberapa sinetron produksi TVRI Surabaya maupun Pusat.
Di tahun 1990-an, Imawan dilantik sebagai Ketua PARFI (Persatuan Artis Film Indonesia) Jawa Timur oleh Ketua PARFI Pusat, Ratno Timoer (alm), di Gedung Grahadi Surabaya, disaksikan aktor Slamet Raharjo dan Eros Jarot. Dan karya puisinya yang sangat viral adalah “Hari Kelima Tragedi, Sajak Duka Kanjuruhan” yang menyorot tajam peristiwa Kanjuruhan tahun 2022. Beberapa karya puisinya juga termuat dalam Buku Antologi Puisi “Bunga Rampai Suara Nurani” karya ke-5 Komunitas Wartawan Usia Emas (Warumas).
Sudah kenyang malang melintang di berbagai penjuru nusantara sebagai pucuk pimpinan media cetak, JTV dan TV lokal lainnya, pada April 2018 Imawan memutuskan pulang kampung di Lawang-Malang, kembali menjadi Aremania. Jiwa jurnalis dan kepemimpinan tetap tak bisa hilang.
Di kota kelahirannya ini, ia mendirikan AMEG (Arema Media Group) : Radio City Guide 911 Fm, Harian Malang Post Disway, Arema TV dan beberapa media online.
Atas kiprahnya tersebut PWI Jatim memberinya penghargaan sebagai Tokoh Pers Malang Raya. Pemberian penghargaan tersebut diserahterimakan oleh Ketua PWI Jatim, Lutfil Hakim.
Dengan posisi Imawan Mashuri yang berada di Malang, bagaimana dengan jabatannya sebagai Ketua YPWJT yang berada di kota Surabaya?
Tidak ada persoalan dengan jarak yang relatif jauh, Surabaya – Malang. Setiap acara yang diadakan oleh Stikosa-AWS maupun rapat kordinasi Yayasan, ia selalu hadir awal waktu. Demikian juga Wakil Ketua YPWJT, Syaifuddin Alamsyah, kandidat Doktor Ilmu Hukum dari Unair, yang kesehariannya adalah Staff Khusus Ketua DPD RI di Jakarta, juga aktif hadir.
Dari Imawan Mashuri dan Syaifuddin Alamsyah yang juga alumni Stikosa-AWS ini kita belajar tentang dedikasi dan tanggung jawab terhadap tugas yang sudah diemban. (sas)