Surabaya (prapanca.id) – Setelah melalui serangkaian investigasi, kantor berita Reuters menyatakan bahwa tank Israel bertanggung jawab terhadap pembunuhan salah satu jurnalis visualnya di Lebanon selatan.
Issam Abdallah, 37, terbunuh oleh peluru tank Israel saat dirinya bersandar di dinding. Di lokasi yang sama, Christina Assi, 28, fotografer Agence France Presse (AFP), terluka parah dan harus diamputasi kakinya, tulis petapixel (7/12).
Abdallah dan Assi adalah bagian dari kelompok media yang meliput bentrokan lintas batas antara Pasukan Pertahanan Isreal (IDF) dan Hizbullah pada 13 Oktober 2023 lalu. Semua jurnalis yang hadir mengenakan jaket pers dan dapat diidentifikasi dengan jelas.
Analisis para ahli terhadap pecahan amunisi beserta citra satelit, laporan korban selamat, dan rekaman video membuat pemimpin redaksi Reuters, Alessandra Galloni, menyatakan bahwa “awak tank Israel membunuh Issam Abdallah rekan kami.”
“Kami mengutuk pembunuhan Issam,” kata Galloni. “Kami meminta Israel untuk menjelaskan bagaimana hal ini bisa terjadi dan meminta pertanggungjawaban mereka atas kematian dan cederanya Christina Assi dari AFP, rekan kami Thaier Al-Sudani dan Maher Nazeh, serta tiga jurnalis lainnya.”
Sejumlah jurnalis hari itu memilih tempat di lereng bukit terbuka dimana mereka terlihat jelas. Kelompok jurnalis dan fotografer telah merekam asap dan tembakan selama satu jam sebelum serangan pertama yang menewaskan Abdallah.
Peluru kedua ditembakkan ke arah kelompok tersebut kurang dari satu menit kemudian yang menyebabkan mobil milik Al Jazeera meledak. Dua serangan yang terjadi secara berurutan membuatnya kemungkinan menjadi sasarannya.
Sisa selongsong peluru tank 120 mm yang ditemukan di lokasi kejadian digunakan oleh tank Merkava milik militer Israel. Laporan Reuters mengklaim Hizbullah tidak memiliki tank dan tank kaliber terbesar milik tentara Lebanon adalah 105 mm.
“Serangan itu disengaja dan ditargetkan,” kata AFP. “Mereka tiba dalam waktu 37 detik satu sama lain dan hanya berjarak beberapa meter. Para jurnalis jelas-jelas diidentifikasi sebagai pers, jauh dari aktivitas militer apa pun. Tentara Israel memiliki sumber daya pengawasan udara yang luas di wilayah tersebut.”
Serangan langsung terhadap jurnalis yang tergolong warga sipil adalah tindakan ilegal menurut hukum internasional. Amnesty International dan Human Rights Watch mengatakan serangan itu harus diselidiki sebagai kemungkinan kejahatan perang.
“Mereka yang bertanggung jawab atas pembunuhan di luar hukum yang dilakukan Issam Abdallah dan melukai enam jurnalis lainnya harus dimintai pertanggungjawaban,” kata Aya Majzoub, wakil direktur regional Amnesty International untuk Timur Tengah dan Afrika Utara. (mi/pp/rtr).