Jakarta (prapanca.id) – Sebanyak 90 persen anak perempuan dan laki-laki di Indonesia diharapkan mendapatkan imunisasi Human Papillomavirus (HPV) pada tahun 2030, menurut Rencana Aksi Nasional (RAN) Eliminasi Kanker Serviks Indonesia (2023-2030).
Penetapan target ini merupakan hasil deklarasi bersama antara Presiden Joko Widodo dan Presiden Joseph R. Biden, Jr., setelah pertemuan bilateral di Gedung Putih pada Senin (13/11/2023).
Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, menyatakan melalui keterangan resmi pada Senin (20/11/2023) bahwa kolaborasi dan tekad bersama akan menjadi kunci untuk mencegah kanker serviks dengan cara yang terjangkau dan dapat diatasi oleh semua perempuan.
Direktur Crowell & Moring International, Sejal Mistry, menambahkan bahwa Indonesia memberikan contoh kepemimpinan dengan merumuskan rencana ambisius yang melibatkan para mitra untuk berkolaborasi dalam mengakhiri ancaman penyakit tersebut. “Kanker serviks dapat dihilangkan melalui kemitraan strategis dan koordinasi dari para pemangku kepentingan di seluruh sistem kesehatan masyarakat,” ungkap Sejal.
RAN ini didasarkan pada empat pilar tindakan, yakni pemberian layanan, pendidikan, pelatihan, dan penjangkauan; pendorong utama kemajuan; dan tata kelola serta kebijakan. Keempat pilar ini memberikan prioritas khusus pada bidang, strategi, dan program untuk mengarahkan Indonesia menuju eliminasi kanker serviks.
Target RAN disusun berdasarkan kemajuan Indonesia dalam mencapai strategi global WHO untuk mengeliminasi kanker serviks dan APEC Cervical Cancer Roadmap. RAN ini merupakan bagian dari upaya bersama dengan anggota APEC lainnya yang telah membuat rencana aksi serupa.
Komitmen nasional terhadap eliminasi kanker serviks membutuhkan keterlibatan, kerja sama, dan koordinasi dari berbagai pemangku kepentingan, mulai dari instansi pemerintah hingga pasien kanker serviks itu sendiri.
RAN ini dihasilkan melalui kolaborasi antara Kementerian Kesehatan RI, WHO, badan-badan PBB terkait, dan Crowell & Moring International sebagai konsultan kebijakan publik yang berbasis di Washington. Lebih dari 20 kelompok pemangku kepentingan, termasuk Kementerian terkait, asosiasi dokter, institusi pendidikan, mitra internasional, dan organisasi keagamaan, turut serta dalam penyusunan RAN ini.
Secara rinci, target hingga 2027 adalah 90 persen anak perempuan usia 15 tahun mendapatkan imunisasi HPV, dan pada 2028-2030, anak laki-laki juga ditargetkan. Selain itu, skrining 75 persen perempuan berusia antara 30 dan 69 tahun dengan tes DNA HPV.
Di Indonesia, kanker serviks memberikan dampak signifikan pada perempuan dan keluarga mereka, dengan lebih dari 103 juta perempuan berusia di atas 15 tahun berisiko terkena penyakit ini. Kanker serviks merupakan jenis kanker terbesar kedua pada perempuan, dengan sekitar 36.000 wanita didiagnosis setiap tahunnya.
Oleh karena itu, RAN Eliminasi Kanker Serviks bertujuan untuk memperkuat sistem kesehatan nasional, memperluas akses terhadap pencegahan dan teknologi perawatan yang lebih maju, serta menghilangkan hambatan intervensi yang berasal dari tantangan sosial, pembiayaan, budaya, sosial, dan struktural.
Peluncuran RAN ini dilakukan dalam acara yang diselenggarakan oleh U.S. Chamber of Commerce, bekerja sama dengan Kemenkes RI, APEC Cervical Cancer Initiative, dan Kementerian Kesehatan. Ini menjadi momentum penting dalam memperkuat komitmen untuk mengakhiri kanker serviks di Indonesia dan seluruh ekonomi APEC. (sas)