Surabaya (prapanca.id) – Alumni Stikosa-AWS yang satu ini adalah contoh fighting spirit yang luar biasa, dan amat patut dicontoh oleh generasi muda yang mau maju meraih sukses walaupun dalam keterbatasan ekonomi. Dia seorang tentara, tergabung dalam Korps Marinir TNI AL.
Pria kelahiran Tulungagung, 11 Desember 1945 ini saat masuk sebagai mahasiswa AWS pada tahun 1973 berpangkat Sersan Satu dan berusia 28 tahun. Namun dengan daya juang yang gigih, sesuai jiwa Marinir, ia berhasil meraih tingkat pendidikan tertinggi. Dialah Dr. Maryono Basuki, M.Si, yang kini Dosen Ilmu Komunikasi di 4 Perguruan Tinggi Swasta ternama di Jakarta.
Ia harus pandai membagi waktu, antara kuliah dan tugas hariannya sebagai pelatih di sekolah perwira Marinir Gubeng dan menjadi pelatih di Batalyon 1 Marinir Wonokitri. Tidak hanya pandai membagi waktu, tapi juga harus pandai mengatur uang.
“Waktu itu gaji saya sebagai tentara sangat kecil. Seingat saya, tahun 1970 gaji saya tidak sampai seratus ribu. Tahun 1998 gaji saya limaratus ribu. Wis talah, pokoke mlarat rat,” ujarnya sambil terkekeh dengan logat Surabaya yang kental.
Setelah lulus dari AWS pada tahun 1975, Maryono dipindah tugaskan ke Jakarta. Kesempatan ini digunakan untuk memenuhi janjinya pada ibu kandungnya. “Sebenarnya ibu saya melarang saya jadi tentara. Ibu saya menginginkan saya melanjutkan kuliah. Tapi saya nekat mendaftar tes masuk Marinir di Malang pada tahun 1965 dan berjanji tetap akan melanjutkan kuliah” kenangnya.
Demikianlah, pada tahun 1976 ia mendaftar mulai awal lagi di Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) dan lulus sebagai Sarjana Publisistik pada tahun 1984. Secara bersamaan karir di Ketentaraan juga ikut moncer. Pada tahun 1987 ia dikirim tugas belajar ke Indiana (negara bagian Amerika Serikat) untuk mempelajari Computer System selama setahun.
Tahun 1988, tugas belajar lagi memperdalam Analyst System di Pulahta Hankam Jkarta. Lalu balik lagi ke Indiana pada tahun 1989 untuk memperdalam Military Public Affairs. Beberapa tahun sebelum pensiun dari ketentaraan, Maryono sudah mengajar di Fikom Universitas Moestopo (UPDM-B).
Setelah pensiun dari Korps Marinir pada tahun 1988 dengan pangkat terakhir Kapten, Maryono melanjutkan kuliah S2 sambil mengajar di UPDM-B. Tahun 1994, ia meraih Magister Sains Ilmu Komunikasi dari Universitas Indonesia.
Kemudian tahun 2013, ia meraih Doktor Teknologi Pendidikan dari Program Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta. Pada tahun bersamaan ia juga mengambil program Doktoral Komunikasi di Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung. Namun hanya sampai lulus proposal penelitian dan tidak berhasil menyelesaikan penelitian karena key informan ternyata tidak bersedia diwawancara.
Demikianlah, walaupun sudah pensiun dari dinas ketentaraan, namun kesibukannya malah makin padat. Kini sang marinir yang masih tampak bugar itu mengajar di 4 PTS di Jakarta, yakni di Fikom UPDM-B, Fisip UPN Veteran Jakarta, Fisip Universitas Hamka dan di Marketing Communications Binus University.
Mengajar mata kuliah Metodologi Penelitian (Quantitative dan Qualitative), Philosophy of Communication dan Statistik untuk Penelitian Sosial dan Humaniora.
Kegigihan alumni Stikosa-AWS ini dalam memenuhi janjinya ke ibunda setidaknya mengajarkan fighting spirit yang harus dipunyai oleh pribadi yang ingin sukses. Selalu ada Tangan Tuhan yang akan menuntun seseorang yang benar-benar serius berjuang. (sas)