Surabaya (prapanca.id) – Walking tour memiliki potensi kuat menjadi landasan untuk mengembangkan model pariwisata inovatif. Aktivitas wisata jalan kaki ini, yang mengajak pesertanya untuk merenung tentang peristiwa masa lalu dan meningkatkan rasa nostalgia, semakin mendapatkan popularitas yang signifikan seiring berjalannya waktu.
“Walking Tour tampak terus menghiasi media digital dengan beragam interaksi sosial dari partisipannya, yang melibatkan individu dari segala rentang usia. Mereka telah terjalin dalam jaringan komunikasi yang saling terkoneksi,” kata Mochammad Arkansyah, Dosen Program Studi (Prodi) Ilmu Komunikasi Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Almamater Wartawan Surabaya di Gedung Biru Stikosa-AWS, Rabu (15/11/2023).
Dijelaskan Arkansyah, kekuatan media sosial sangat luar biasa dalam mengubah perilaku masyarakat. Platform-platform ini dapat berfungsi sebagai panggung interaksi sosial, menjadi narasumber, dan juga sebagai perangkat pengganda untuk memperluas berbagai pengalaman, termasuk saat melakukan perjalanan.
Jika dilihat dari perspektif komunikasi pariwisata, pelaksanaan walking tour menunjukkan potensi yang cukup menjanjikan sebagai salah satu produk dari sektor pariwisata yang modern. Bahkan, inisiatif bisnis ini telah banyak dilakukan oleh generasi muda melalui konsep experience tourism.
“Dengan sendirinya, sudah pantas mendapatkan perhatian dari berbagai pihak yang terlibat (stakeholder),” kata Arkansyah.
Menurut Arkansyah, walking tour telah berkembang sebagai salah satu bentuk bisnis kreatif yang fokus pada sejumlah destinasi wisata, baik di lingkungan perkotaan maupun pedesaan. Dengan menawarkan karakteristik yang khas, walking tour menjadi tempat untuk memperkuat ikatan sosial dan interaksi berkelanjutan di antara pesertanya.
“Fungsi sosial dari komunikasi dalam suatu kelompok kecil dapat dioptimalkan sesuai dengan kebutuhan dan pengalaman individu masing-masing. Hal ini membuatnya lebih mudah untuk merasakan kesenangan, terutama bagi mereka yang memiliki frekuensi kesamaan dalam kegiatan tersebut,” kata Arkansyah.
Kepala Program Studi Ilmu Komunikasi Stikosa-AWS ini menambahkan, pelaksanaan walking tour sangat terkait dengan daya tarik seorang pemandu wisata.
Keberadaannya membawa manfaat dalam menyajikan informasi menarik tentang tempat yang dikunjungi. Oleh karena itu, seorang pemandu wisata harus mampu menyajikan informasi tersebut dengan cara yang menarik dan edukatif.
“Semangat walking tour dapat diartikan sebagai suatu bentuk jembatan atau model pembelajaran bagi para wisatawan agar dapat lebih memahami lokalitas dan keanekaragaman budaya masyarakat yang mereka kunjungi,” katanya.
Menurut Arkansyah, umumnya, walking tour diselenggarakan pada akhir pekan, memberikan kesempatan untuk menjadi bagian dari produk pariwisata yang bersifat alternatif.
Bahkan, Arkansyah memproyeksikan bahwa kegiatan ini berpotensi menjadi The Economy of Attention melalui berbagai saluran komunikasi modern yang dipenuhi dengan informasi wisata, meramaikan feed para netizen.
“Aktivitas walking tour dapat memiliki dampak positif langsung terhadap pertumbuhan ekonomi nasional dan dapat menciptakan peluang pekerjaan baru yang luas, terutama terkait dengan percepatan isu bonus demografi,” kata Arkansyah.
Bonus demografi, kata Arkansyah, diproyeksikan memiliki potensi untuk mengurangi tingkat kemiskinan di masa depan.
Hal ini dapat terwujud apabila aktivitas walking tour dikelola secara efektif dan memberikan dampak positif. Contohnya, dengan menyediakan sumber daya manusia (SDM) yang lebih produktif dan siap untuk memajukan serta memperbarui citra kepariwisataan yang unggul.
Konsep walking tour, kata Arkansyah, seharusnya dirancang sesuai dengan ide Rethinking Tourism yang diperkenalkan oleh Sandiaga Uno, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia dalam peringatan World Tourism Day ke-42. Tema ini menekankan pentingnya memperhatikan lingkungan dan sumber daya manusia dalam pengembangan pariwisata.
Secara sederhana, kegiatan walking tour bisa direncanakan dan disusun dengan berkolaborasi bersama berbagai elemen penting lainnya, seperti destinasi, ekonomi kreatif, transportasi, venue, dan atraksi seni di suatu daerah.
Dengan demikian, secara keseluruhan, ada kemungkinan besar bagi industri pariwisata Indonesia untuk menawarkan paket wisata yang Mengundang perhatian, memukau, memberikan tantangan, serta meninggalkan kesan positif bagi para wisatawan dan pelaku wisata,” tutup Arkansyah. (sas)