Surabaya (prapanca.id) – Pemerintah Kota Surabaya, di bawah kepemimpinan Wali Kota Eri Cahyadi, mengukuhkan komitmennya dalam melindungi dan mencegah terjadinya kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak. Salah satu langkah yang diambil adalah memperkuat aqidah agama masyarakat melalui pendidikan di sekolah dan Sekolah Orang Tua Hebat (SOTH).
Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, menekankan pentingnya pembentukan akhlak yang baik sebagai bagian integral dari pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) di kota ini. “Sejak saya memimpin hingga hari ini, fokus utama kami adalah membentuk akhlak yang baik. Salah satu caranya adalah melalui penguatan aqidah agama di sekolah dan melalui Sekolah Orang Tua Hebat,” kata Wali Kota Eri Cahyadi,Selasa (30/1).
Eri Cahyadi menyoroti fakta bahwa kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak seringkali terjadi karena kurangnya pemahaman aqidah agama. Oleh karena itu, Pemerintah Kota Surabaya berencana untuk lebih intensif dalam memperkuat aqidah agama melalui program SOTH di berbagai perkampungan. “Dengan begitu, kita berharap dapat mengurangi kasus kekerasan ini dan mengambil pelajaran dari kejadian-kejadian tersebut. Kejadian ini seringkali terjadi di tempat-tempat padat, sehingga kami akan lebih fokus ke sana,” tambahnya.
Selain itu, Wali Kota Eri juga menekankan pentingnya meningkatkan kepedulian antar warga dan mengajak jajarannya untuk mendukung edukasi masyarakat dalam saling mengawasi. “Kita perlu melibatkan warga untuk saling mengawasi dan meningkatkan kepedulian antar tetangga. Itu yang perlu kita lakukan,” ungkapnya.
Di kesempatan terpisah, Kepala Bidang Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3A-PPKB) Kota Surabaya, Thussy Apriliyandari, menjelaskan bahwa upaya pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak melibatkan seluruh elemen dalam jejaring.
“Upaya pemkot dari hulu sampai hilir. Pemkot dalam pencegahan dan penuntasan kasus tidak hanya dilakukan oleh DP3A-PPKB, tetapi melibatkan semua pihak untuk berkolaborasi,” kata Thussy.
Pemkot Surabaya telah melakukan berbagai upaya pencegahan, termasuk promosi layanan Puspaga (Pusat Pembelajaran Keluarga) melalui media sosial, media cetak, dan elektronik. Thussy menyebutkan adanya Puspaga Kota dan Puspaga ABK di Mal Pelayanan Publik Siola, serta Puspaga di rumah anak-anak prestasi di Nginden dan Sonokwijenan.
Ditambahkannya, saat ini terdapat 478 Puspaga Balai RW yang tersebar di Kota Surabaya. Puspaga Balai RW bertujuan memberikan edukasi kepada orang tua tentang pentingnya pengasuhan positif dalam mencegah kekerasan terhadap perempuan dan anak. “Dengan berbagai upaya, pengembangan program, dan kebijakan yang terus kami lakukan, harapannya kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di Kota Surabaya dapat terus ditekan,” pungkas Thussy.(mi)