Surabaya (prapanca.id) – Sanggar E’star SMKN 1 Banyuwangi sukses menggelar pagelaran Seblang Banyuwangi di halaman Gedung Cak Durasim UPT Taman Budaya Jawa Timur, Jl. Gentengkali Surabaya, Jumat (26/4/2024) malam. Bertajuk Antaratma Seblang, sutradara Miftahul Jannah S.Sn, sukses mengemas pertunjukan sakral itu menjadi bentuk profan, tanpa menghilangkan makna yang tersirat dalam Seblang.
Dipadati oleh penonton milenial dan beberapa wisatawan mancanegara, pertunjukan ini merupakan reinterpretasi dari kesenian adat ritual Seblang di Desa Olehsari, Kecamatan Glagah, Banyuwangi, yang sudah berlangsung sejak ratusan tahun lalu.
Dibuka dengan penampilan beberapa tembang Banyuwangi oleh para siswa SMKN 1 Banyuwangi, selanjutnya puluhan penari Seblang muncul dari berbagai arah. Ada irama magis sekaligus atraktif dengan iringan gending khas Banyuwangi yang ritmis serta koreografer yang ciamik. Para pengunjung juga diajak menari oleh penari Seblang, persis seperti pakem asli tari Seblang.
Notabene pertunjukan malam itu ibarat unjuk eksistensi kesenian tradisional Banyuwangi yang sangat menarik sebagai salah satu kekuatan potensi wisata budaya Jawa Timur. Beberapa tamu istimewa yang hadir antara lain : Komunitas Ikawangi (Ikatan Keluarga Banyuwangi) Surabaya, Komjen Jepang, Komjen Australia, Lembaga Adat Seblang Olehsari Banyuwangi, Komunitas Berkebaya Indonesia serta para pejabat di lingkungan Pemprov Jawa Timur.
Di tempat asalnya di Banyuwangi, Tari Seblang juga menjadi obyek kunjungan wisata yang menarik. Kesenian ini hanya digelar setahun sekali, yakni satu minggu setelah hari Raya Iedul Fitri. Digelar selama 7 hari berturut-turut di lapangan desa. Kesenian ini merupakan tradisi masyarakat Osing Banyuwangi dan hanya dijumpai di dua desa di wilayah kecamatan Glagah, yakni di desa Olehsari dan Bakungan. Ritual tari Seblang dilaksanakan untuk keperluan bersih desa dan tolak bala, agar desa selalu dalam keadaan aman dan tentram.
Diantara dua desa itu ada perbedaan mencolok dalam pelaksanaan ritual tari Seblang, walaupun lokasi desa berdampingan. Selain dilaksanakan setelah Iedul Fitri, penari Seblang desa Olehsari haruslah wanita yang belum akil balik alias perawan. Sedangkan di desa Bakungan, penari Seblang adalah wanita yang sudah menopouse, dan dilaksanakan seminggu setelah Iedul Adha.
Kostum yang dipakai juga berbeda, khususnya pada bagian omprog atau mahkota. Penari desa Olehsari memakai omprog yang terbuat dari pelepah pisang yang disuwir-suwir hingga menutupi wajah penari. Bagian atas diberi bunga-bunga segar dari kebun dan sebuah kaca kecil yang ditaruh d bagian tengah omprog. Sedangkan di desa Bakungan, omprog terbuat dari kain kafan yang disuwir-suwir sampai menutupi wajah penari. Bagian atas diberi bunga-bunga kuburan.
Sedangkan persamaannya, penari Seblang dipilih secara supranatural oleh seorang pawang. Masyarakat setempat menyebut Gambuh. Biasanya sang penari harus merupakan keturunan dari penari Sebalang sebelumnya. Waktu pelaksanaannya juga berlangsung selama 7 hari bertutut-turut, dalam keadaan kesurupan roh leluhur. Sedangkan ritual dilakukan sekitar jam 14.00 sampai jelang magrib.
Penari Seblang menari dalam keadaan mata terpejam. Gerakan tarinya mengikuti arah sang pawang dan irama gamelan. Biasanya penari Seblang yang kemasukan roh leluhur ini juga berkeliling desa sambil terus menari. Setelah beberapa saat menari, sang penari akan melemparkan selendang yang digulung ke arah penonton.
Penonton yang terkena gulungan selendang tersebut harus bersedia menari bersama Si Seblang. Jika tidak mau, akan terus dikejar oleh Seblang sampai mau menari. Disitulah banyak terjadi adegan lucu yang ditampilkan oleh si penari. (sas)