Surabaya (prapanca.id) – Pengakuan Seniman asal Yogyakarta, Jawa Tengah, Butet Kartaredjasa kena prank Presiden Jokowi tersebut, disampaikannya saat jumpa pers di sebuah perguruan tinggi swasta Surabaya, di acara orasi mimbar bebas Gerakan Mahasiswa Selamatkan Demokrasi Mahasiswa bersama rakyat, Rabu (6/12/2023).
“Saya mengaku kena prank pak Jokowi. Bukan hanya saya, teman teman disini juga merasakan demikian. Semula saya menilai beliau orang yang baik dan kami mendukung beliau. Tapi di ujungnya beliau menunjukkan drama yang membuat kekecewaan terhadap orang yang pernah mendukungnya seperti ini,” ungkap Butet.
Butet menambahkan, akumulasi dari kekecewaan tersebut jelas menggambarkan kepada publik bahwa saat ini Indonesia sedang tidak baik-baik saja.
“Demokrasi sedang dilukai, yang melukai adalah orang yang menunggangi demokrasi. Berprestasi karena demokrasi, membawa kesejahteraan karena demokrasi. Tapi ujungnya melukai dan menciderai,” tandas Butet.
“Saya tidak perlu mengulang fakta kepada publik. Kawan-kawan rakyat Indonesia yang apolitis pun bisa membaca bisa tahu yang sebenarnya terjadi dengan lukanya demokrasi,” imbuh Butet.
Butet menilai, rakyat Indonesia sedang merasakan permainan tersebut, hukum saat ini sedang dipermainkan, KPU (Komisi Pemilihan Umum) dipermainkan, aparat negara pun juga demikian.
Terkait dirinya saat ini oleh aparat dilarang berorasi dan bicara tentang politik, tidak boleh membawa atribut-atribut politik dalam berkeseniannya, Butet mengakui adanya tersebut. Bahkan Butet menyebutnya bahwa dirinya mengaku sedang diintimidasi.
Butet menceritakan kornologinya diintimidasi saat tampil berkeseniannya di TIM (Taman Ismail Marzuki) Jakarta pada tanggal 1 dan 2 November waktu lalu. Sebelum dirinya tampil, dia bersama kru nya saat mengurus perizinan acara, oleh aparat yang menanganinya Butet diminta tidak boleh berbicara politik, Ia disuruh menandatangani yang didalamnya diselipkan beberapa poin kesepakatan di surat perizinan tersebut.
“Sejak (tahun) 98 ketika rezim militer selesai, setiap saya membikin seni pertunjukan dan siapapun bukan hanya saya, tidak perlu lagi asa izin yang ribet. Semua berjalan normal, izin tidak ada masalah. Tapi izin acara saya kemarin, disisipi dengan kalimat tulisan saya tidak boleh berbicara politik, dan membawa attibut-atribut politik. Apa itu tidak intimidasi?,” ujar seniman yang punya nama lengkap Bambang Ekoloyo Butet Kartaredjasa.
Butet menilai hal tersebut sebagai bentuk intimidasi, karena ia menjelaskan bahwa intimidasi bukan hanya sebuah tekanan dalam bentuk fisik, tekanan yang tampak dalam pandangan mata. Tekanan dari sebuah pernyataan yang harus disepakatinya tersebut, yang mengganggu pikiran Butet dan dianggapnya sebuah intimidasi.
Di Surabaya, sebenarnya dijadwalkan untuk berorasi dihadapan massa aksi mahasiswa, bersama beberapa tokoh lain, yang kebanyakan dulunya sebagai pendukung Jokowi saat mencalonkan hingga jadi presiden, dan sekarang menjadi berbalik arah berhadapan dengan Presiden Jokowi.
Mereka yang hadir diantaranya, Prof (Ris) Hermawan Sulistyo, budayawan Soegeng Rahardjo Djarot alias Eros Djarot, Prof. Henry Subiakto mantan Staf Ahli Menkominfo, Pengamat Politik Hotman Siahaan, dan beberapa tokoh lokal lainnya. (din)