Surabaya (prapanca.id) – Pemerintah Kota Surabaya melalui Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) terus mendorong peningkatan kualitas perpustakaan dan minat baca masyarakat, khususnya generasi muda. Salah satu langkah inovatif yang diambil adalah pengembangan aplikasi Banpusboyo (Bank Data Perpustakaan Surabaya).
Kepala Dispusip Surabaya, Mia Santi Dewi, menyatakan bahwa Banpusboyo dirancang untuk mendukung proses standarisasi dan pembinaan perpustakaan secara efisien di Kota Pahlawan.
“Aplikasi ini akan sangat membantu kami dalam membina perpustakaan yang ada. Saat ini, total ada 2.042 unit perpustakaan di Surabaya,” jelas Mia, Jumat, 11 April 2025.
Dari total tersebut, sekitar 900 perpustakaan menjadi kewenangan Pemkot Surabaya, termasuk perpustakaan SD, SMP, perpustakaan umum, dan Taman Baca Masyarakat (TBM). Sementara itu, perpustakaan SMA dan perguruan tinggi menjadi tanggung jawab pemerintah provinsi maupun institusi pendidikan terkait.
Melalui Banpusboyo, pengelola perpustakaan dapat melakukan pendataan mandiri terhadap kondisi perpustakaannya. Setelah itu, tim dari Dispusip akan melakukan verifikasi lapangan dan memberikan pendampingan untuk memenuhi Standar Nasional Perpustakaan (SNP).
“Jika ditemukan kekurangan, kami akan bantu agar mereka dapat memenuhi standar nasional. Jika sudah sesuai, kami ajukan untuk akreditasi,” ujar Mia.
Banpusboyo hanya dapat diakses oleh pengelola perpustakaan sekolah dan lembaga yang terkait. Aplikasi ini dibuat sebagai sistem berbasis digital untuk mempercepat proses penilaian dan pemantauan perkembangan kualitas perpustakaan.
Tak hanya mengedepankan digitalisasi pembinaan, Dispusip juga berinovasi dalam menggaet minat baca generasi Z melalui konsep Virtual Reality (VR) Corner. Inovasi ini dirancang sebagai cara baru menyampaikan sejarah dan informasi dengan pendekatan yang lebih menarik.
“Kami ingin mengubah persepsi bahwa perpustakaan bukan tempat membosankan. Melalui VR, anak muda bisa belajar sejarah Surabaya dengan cara kekinian,” tambahnya.
VR Corner akan dihadirkan di Perpustakaan Balai Pemuda Surabaya dan ditargetkan rampung serta diluncurkan pada November 2025. Konten yang disajikan berupa film dan cerita sejarah Surabaya dalam bentuk virtual, agar lebih mudah dicerna oleh generasi digital.
Di sisi lain, Dispusip Surabaya juga fokus pada peningkatan kualitas fisik dan layanan di Perpustakaan Umum Rungkut. Proyek ini bertujuan menjadikan perpustakaan sebagai ruang publik multifungsi yang nyaman, tidak hanya untuk membaca, tetapi juga tempat diskusi, riset, dan rekreasi intelektual.
“Kami ingin menjadikan perpustakaan sebagai tempat berkumpul yang menyenangkan untuk anak muda. Dana Alokasi Khusus (DAK) juga sudah kami ajukan untuk mendukung ini,” tutup Mia. (anz)