Oleh: Sasetya Wilutama
Pertanyaan ini dilontarkan oleh sohib saya, seorang mantan petinggi di dua stasiun TV Swasta Nasional dan kerap menjadi tutor pelatihan jurnalistik, khususnya TV & Radio.
Beragam jawaban saya lontarkan. Mulai dari kecepatan menulis berita, membuat berita investigasi yang bisa memenangkan lomba karya jurnalistik, mewawancarai tokoh terkenal, dan sebagainya. Tapi semuanya dijawab dengan…kurang tepat.
Lha..lalu apa ?
Yang dicari oleh wartawan profesional bukan sekedar berita, narasumber, data dan sebagainya. Namun esensi yg dicari adalah reputasi. Wartawan yang mempunyai reputasi, akan tahan lama, bahkan seumur hidup dalam menjalankan profesinya. Nilainya juga lebih tinggi. Dia akan dicari oleh perusahaan media. Sebaliknya wartawan yang tidak bisa menjaga reputasinya, walaupun pintar, maka usia profesinya akan pendek, karena tidak bisa dipercaya.
Untuk meraih reputasi, hal pertama yang harus dikedepankan adalah pemahaman dan pengamalan terhadap Etika, dalam melaksanakan tugas sehari-hari. Tugas wartawan dan media tidak sebatas berperan sebagai penyampai informasi kepada masayarakat semata, tetapi lebih dari itu, wartawan dituntut sesuai dengan moral (etika) jurnalistiknya dapat melahirkan berita-berita yang mampu membuat masyarakat memahami dan mengambil pelajaran yang berguna dari berita yang dipublikasikan.
Dalam piramida kompetensi wartawan, etika menduduki tempat tertinggi, baru kemudian penguasaan terhadap pengetahuan dan ketrampilan atau skill (lihat gambar). Reputasi bagi wartawan, akan terukur dari sejauh mana dia menjalankan peran seperti amanat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers, juga masuk melebur ke dalam jiwa Kode Etik Jurnalistik. Untuk menjamin kemerdekaan pers dan memenuhi hak publik untuk memperoleh informasi yang benar, wartawan Indonesia memerlukan landasan moral dan etika profesi sebagai pedoman operasional dalam menjaga kepercayaan publik dan menegakkan integritas serta professionalisme.
Secara normatif seorang wartawan/reporter harus mempunyai Awareness (Kesadaran), knowledge (pengetahuan) dan skills (ketrampilan) yang meliputi:
Kesadaran
-Kesadaran terhadap Hukum & etika. Pemahaman terhadap hukum saja tidak cukup, tanpa didasari oleh pemahaman etika. Bisa jadi dalam menulis berita tidak melanggar hukum tetapi tidak memperhitungkan segi etika. Contoh : Seorang wartawan tidak akan menguraikan secara detail keadaan seorang korban pemerkosaan, yang mengalami trauma yang sangat memilukan, seandainya ia sadar bahwa deskripsi tentang keadaan korban akan menyebabkan pembaca dihantui rasa kecewa, marah, sehingga terganggu secara psikologis, atau tertusuk nurani kemanusiaannya. (Maskun Iskandar, 2004).
-Kesadaran dan kepekaan terhadap news value (nilai berita), Kode Etik Jurnalistik, P3SPS (Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran) bagi wartawan TV/Radio, dan sebagainya.
-Kesadaran terhadap karir, mencakup kemampuan lobbying dan network
Pengetahuan
Wartawan yang mempunyai reputasi akan terus membekali diri dengan pengetahuan, mencakup
– Pengetahuan umum
– Pengetahuan Teori Jurnalistik & Komunikasi
– Pengetahuan khusus
Keterampilan
– Keterampilan melakukan kegiatan News Gathering (mencari dan membuat berita setiap hari), dengan memperhitungkan aspek aktual, ketepatan waktu, prioritas dan tajam. Kegiatan news gathering termasuk kegiatan 6M (Mencari, Memperoleh, Memiliki, Menyimpan, Mengolah, Menyampaikan)
– Riset & investigasi, termasuk keterampilan menganalisis dan membuat judul berita yang menarik
– Penggunaan & penguasaan terhadap peralatan dalam melakukan tugas jurnalistik
– Memahami dan menguasai basic Teknologi Informasi
Selain itu ada 9 elemen jurnalistik yang patut dikuasai untuk mencapai wartawan yang punya reputasi dan berintegritas tinggi. Sembilan elemen ini digagas oleh Bill Kovach & Tom Rosenstiel dalam bukunya “The Elemen of Journalism”. Secara singkat, ke-9 elemen tersebut :
1. Kewajiban pertama Journalist adalah kebenaran
2. Loyalitas Kepada masyarakat/rakyat
3. Disiplin dalam verifikasi
4. Terhadap sumber berita harus independen (Bukan Netral)
5. Pemantau kekuasan (Watch Dog)
6. Menyediakan Forum Publik untuk kritik maupun dukungan
7. Membuat hal penting menjadi menarik tapi relevan
8. Menjaga agar berita komprehensif dan proporsional
9. Ikuti hati nurani
Bill Kovach dan Tom Rosenstiel kemudian menambahkan elemen jurnalisme yang kesepuluh, yakni warga juga punya hak dan tanggung jawab dalam hal-hal yang berkaitan dengan berita.
Sampai disini perkerjaan wartawan/reporter jelas terlihat sebagai pekerja intelektual hanya dilakukan oleh orang – orang yang memiliki instuisi tajam, daya nalar yang tinggi dan visi jelas, yang mampu berdampak baik bagi masyarakat, dirinya dan perusahaan tempatnya bekerja.(*)