Surabaya (prapanca.id) – Ada angin segar dalam kehidupan seni teater di Jawa Timur. Yakni penyelenggaraan Parade Teater Jawa Timur 2024 yang diadakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur melalui Unit Pelaksana Teknis (UPT) Taman Budaya Jawa Timur.
Bertema “Membaca Ulang Platform Teater Jawa Timur”, panitia penyelenggara mengajak seluruh pegiat teater di Jawa Timur untuk menampilkan karya terbaiknya, yang akan dilaksanakan pada tanggal 25 & 26 Oktober 2024 di Gedung Cak Durasim Taman Budaya Jawa Timur, Jl. Gentengkali 85 Surabaya. Sesuai temanya, Parade Teater Jawa Timur ini bertujuan untuk menyemai kontinuitas dan intensitas para seniman teater Jawa Timur.
Pendaftaran peserta sudah dibuka mulai tanggal 1 – 30 Juni 2024, melalui link : https://forms.gle/BDeK2awZuRY4JnEu9 Dari seluruh peserta akan diseleksi 6 peserta terpilih, yang akan diumumkan pada tanggal 8 Juli 2024. Setiap peserta wajib mengirimkan CV komunitas atau kelompok teater pada link pendaftaran, yang berisi : Nama, Alamat, Jumlah Anggota, Susunan Organisasi atau kelompok, Tempat Latihan (beserta foto), Pengalaman dan Prestasi dalam Berkesenian, Jumlah Produktivitas Karya dalam 3 tahun terakhir.
Beberapa tokoh teater Surabaya sangat menyambut baik acara ini, dan mempunyai harapan besar bisa menghidupkan kembali kehidupan seni teater di Surabaya yang sudah lama mati suri. Padahal di Surabaya ada perguruan tinggi yang membuka program studi ilmu teater. Yakni Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta (STKW) dan Universitas Negeri Surabaya.
Jika menilik sejarah, di tahun 80-an, Surabaya dikenal sebagai salah satu basis perkembangan teater di Indonesia. Banyak grup teater bermunculan. Sederet nama besar grup teater misalnya : Bengkel Muda, Teater 25, Rajawali, Ragil, Nol, Sandradekta, Patriana dan Lekture. Bahkan teater Bengkel Muda Surabaya beberapa kali menggelar pentas teater di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta. Dari grup ini banyak muncul nama besar seniman/budayawan, antara lain : Gombloh, Leo Kristi, Akhudiat, Sawung Jabo, Dr Sirikit Syah, Prof Sam Abede Pareno dan sebagainya. Namun keberadaan grup-grup teater tersebut kini tinggal nama. Bengkel Muda memang terlihat masih eksis namun belum mampu mengangkat kembali nama besarnya pada era 80-an.
Bahkan Taman Budaya Jawa Timur di era 80-an juga dikenal sebagai basis perkembangan teater. Beberapa grup teater secara terjadwal melakukan latihan rutin di pendopo. Setiap bulan di gedung Cak Durasim selalu ada pentas teater. Pihak Taman Budaya Jatim juga membuka pendidikan dasar teater yang banyak diikuti oleh anak-anak muda. Tak bisa dilupakan peran sang instruktur seni teater, Anang Hanani, yang giat mengembangkan seni teater di kalangan remaja. Demikian juga peran H. Moekit Fachturazi (alm.) yang sukses menggelar Lomba Drama Lima Kota sampai tujuh periode, yang selalu berlangsung di Taman Budaya Jawa Timur.
Namun ketika para penggerak seni teater ini sudah berpulang atau sudah sangat uzur, kehidupan teater di Surabaya pun ikut mati. Teater hanya berkembang secara sporadis di kampus-kampus, sebagai bagian dari unit kegiatan mahasiswa. Oleh karena itu, banyak pihak berharap event Parade Teater Jwa Timur 2024 ini bisa mengangkat kembali pamor teater Jawa Timur yang pernah kinclong membahana. (sas)