Surabaya (prapanca.id) – Setelah tertunda 3 tahun karena pandemi Covid-19, akhirnya film komedi Suroboyo-an “Kartolo Numpak Terang Bulan” sudah dirilis dan diputar di beberapa gedung bioskop sejak 14 Pebruari 2024 kemarin.
Tidak hanya menampilkan dialog dan humor khas Surabaya, film produksi AIR Films & Smekdor Pictures ini memang produksi asli “arek Suroboyo”. Mulai dari produser & sutradara, lokasi suting, kru film sampai para pemain. Bahkan soundtrack film juga dibuat oleh “arek Suroboyo” walaupun tinggal di Jakarta. Yakni, Makky, personel grup band Ungu.
Sang legenda hidup atau ikon komedian ludruk Surabaya, Kartolo (78 tahun) didapuk sebagai sentral cerita, disertai para pemain utama lainnya, yakni Ning Kastini (istri Kartolo yang juga pasangan bermainnya dalam ludruk Kartolo cs), Dewi Kartolo, Alda Yunalvita, Arief Wibisono, dan sebagainya.
Ikut terlibat juga almarhum Sapari, yang wafat pada 15 September 2022 dan Eko Londo (pemeran Hansip Bendoyo), wafat pada 24 November 2023. Menurut produser dan sutradara film ini, M. Ainun Ridho, proses suting film dilakukan tahun 2021, saat keduanya masih hidup. Dan film ini memang didedikasikan untuk kedua almarhum tersebut.
Selain tokoh tua komedian Surabaya, tampak pula Robert Bayonet, pimpinan grup ludruk milenial “The Luntas” sebagai pemeran Dukun. Juga pelibatan banyak generasi milenial dalam berbagai peran. Ridho optimis, film Kartolo ini akan banyak diminati oleh penonton dari lintas generasi. Sebab, aktor yang tampil tidak hanya Kartolo cs melainkan juga dikombinasikan dengan anak-anak milenial. Selain itu, Surabaya sebagai kota multi kultur juga jelas digambarkan, yang membuat film ini lebih segar dan lucu.
Cerita film berpusat di sekitar kehidupan Cak Kartolo, seorang duda tua yang mengelola rumah kos. Empat mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia menjadi penghuninya, yang membawa warna tersendiri dalam cerita, antara lain Simon dari Papua, Yusuf dari Makassar, Mat dari Tulungagung, dan Boncel dari Malang. Di sekitar lingkungan mereka, terdapat tokoh-tokoh seperti Ning Tini, janda beranak satu, Jon, serta warkop milik Cak Sapari dan istrinya, mbak Dewi. Tak lupa hansip Bendoyo yang menjadi pemandangan tetap di sekitar mereka.
Namun, kehidupan Cak Kartolo terguncang ketika ia jatuh sakit. Putrinya, Sari, yang tinggal bersama mantan istri Cak Kartolo di Jakarta, datang untuk merawatnya. Kecantikan Sari membuat keempat anak kos bersaing untuk mendapatkan perhatiannya, bahkan Jon yang merupakan teman masa kecil Sari dilarang untuk mendekat.
Bagaimana persaingan di antara mereka berakhir? Apakah Cak Kartolo akan sembuh dan berdamai dengan Sari? (sas)