Surabaya (prapanca.id) – Marselinus (23), mahasiswa Stikosa AWS peminatan Digital Broadcasting Journalism yang cukup rajin mengunjungi Perpustakaan Stikosa AWS. Baik untuk sekadar baca-baca mengisi waktu, atau mencari referensi kuliah.
Bahkan beberapa kali mahasiswa Broadcasting Stikosa AWS blasteran NTT (Nusa Tenggara Timur) dan Ponorogo, Jatim ini, kerap mengunjungi perpustakaan milik kampus jurnalistik tertua di Indonesia Timur ini, mengakses koran legenda koleksinya untuk kebutuhan tugas akhir mata kuliahnya.
“Sekarang saya lagi menyelesaikan skripsi dan cari referensi tentang media promosi, mulai dari media massa cetak lama sebagai media konvensional sampai medsos sekarang,” ujar mahasiswa anak tunggal keturunan warga Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur ini.
Kini Marsel baru saja menyerahkan Bab V skripsinya dengan judul Pemanfaatan Akun TikTok Sebagai Akun Promosi Wisata Kebun Binatang Surabaya (KBS).
Ia juga mencari referensi dan literatur tentang ruang promosi media massa cetak sebelum munculnya media digital, juga dengan meneliti konten-konten promosi di koran-koran legenda koleksi Stikosa AWS.
Mahasiswa lain yang juga rajin memanfaatkan koran-koran lawas koleksi Stikosa AWS adalah Siti Jamilah (23), mahasiswi akhir peminatan Digital Broadcasting Journalism Prodi Komunikasi Stikosa AWS yang juga sedang menjalani Skripsi.
Judul skripsinya, Proses Transformasi Penyebarluasan Konten Radio dengan Studi kasus di RRI Surabaya. Peminjam juga mengakses sejumlah koran legenda koleksi Stikosa AWS terkait tugas kuliah tentang meneliti gaya penulisan berita pada koran legenda, salah satunya di harian sore Surabaya Post.
Memang, di Perpustakaan Stikosa AWS mempunyai koleksi koran-koran legenda, yang sampai saat ini tidak dijumpai di perpustakaan manapun lainnya.
Koleksi sejumlah koran yang punya nama penerbit sebagai media besar dan populer dibaca, tampak masih tersimpan rapi di etalase khusus bersekat kaca dan dengan ruang pendingin yang cukup memadai di Perpustakaan Stikosa AWS.
Tumpukan koleksi koran-koran legenda ini diantaranya bernama Surabaya Post, yang nama koran dan konten tulisannya terkoleksi, mulai menggunakan kalimat ejaan lama. Ada juga koleksi Koran Suara Pembaharuan, Jawa Pos, Memorandum, Malang Pos, dan beberapa nama koran lainnya.
Kepala Perpustakaan Stikosa AWS Akbar Nusa Saputra mengatakan, ada kurang lebih 597 Jumlah koleksi Koran dengan beberapa nama yang usianya mulai tahun 1950-an sebagai koran Legenda, hingga beberapa nama media cetak dengan usia yang tergolong tahun era modern.
Bahkan di Perpustakaan Stikosa AWS juga terdapat koleksi Majalah TEMPO yang usianya di tahun 1980-an. Ada pula koleksi Majalah Penjebar Semangat, majalah dengan tulisan khas berbahasa Jawa.
Dari kondisi koleksi koran-koran ini, dalam ratusan jiIid yang di dalamnya terdiri dari urutan rata-rata per 10 edisi eksemplar. Tampak warnanya semakin memudar menua, namun cetakan kontennya masih terlihat sangat jelas.
Namun di sejumlah kecil jilid koleksi koran legenda, kondisi kertas korannya, terlihat beberapa bagian ujung mulai merapuh, lantaran termakan usia kertas korannya.
Perpustakaan Stikosa AWS sempat melakukan penyelamatan agar tidak terjadi kepunahan kertas korannya yang lebih banyak lagi, dengan melakukan upaya scan digital.
“Perintah pimpinan saat itu, sebagai upaya penyelamatan koran-koran legenda ya gimana caranya korannya bisa di scan. Terus kita bekerjasama dengan Dinas Perpustakaan dan Arsip Prov. Jawa Timur di kawasan Jalan Manyar Surabaya. Karena yang punya scan yang memadai ya disitu. Kalau mengandalkan perawatan anti rayap atau pengawet kertas, biayanya besar dan mahal,” terang Akbar.
Upaya penyelamatan koran-koran legenda koleksi Stikosa AWS memang sempat dilakukan langkah scan digital sebagai upaya transformasi akses informasi digital. Dan upaya ini sudah dilakukan sebagian koran legenda di scan digital oleh Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi Jatim.
Namun belum tuntas semuanya upaya digitalisasi scan koran-koran legenda koleksi ini, pihak Stikosa AWS mengatakan sempat terhenti hingga saat ini dikarenakan scan yang dimiliki Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi Jatim mempunyai kapasitas kertas maksimal A3, sedangkan koleksi koran di Perpustakaan berukuran A2.
Padahal, yang berkesempatan untuk mengakses informasi konten dari koran-koran legenda koleksi Stikosa AWS ini, bukan hanya dari lingkungan mahasiswa Stikosa AWS.
Koleksi koran-koran yang mempunyai nilai sejarah tinggi ini juga diakses oleh cukup banyak mahasiswa dari kampus lainnya.
Yang sering mengunjungi dan mengakses koran legenda di Perpusrakaan Stikosa AWS, kebanyakan dan menjadi langganan bertahun-tahun datang dari mahasiswa semester akhir jurusan Ilmu Sejarah, Fisip Unair (Univ. Airlangga), sebagian mahasiswa dari perguruan tinggi lain di Surabaya, Sidoarjo dan Malang.
“Mereka mengakses koleksi koran kuno melegenda itu, untuk mencari sumber referensi dan literatur untuk kebutuhan penyelesaian skripsinya,” ujarnya lagi.
“Bahkan ada mahasiswa bernama Teguh Widodo, mahasiswa S2 kampus UB (Univ. Brawijaya) Malang cukup rajin datang di perpustakaan kami untuk kebutuhan penelitian tesisnya mencari referensi di koran Surabaya Post,” imbuh Akbar.
Diketahui dari data laporan pengunjung lainnya Perpustakaan Stikosa AWS, terlebih pengunjung yang tertarik untuk melihat dan mencari referensi koran-koran kuno melegenda sebagai kebutuhan tugas belajarnya.
Paskapandemi, ada catatan tamu pengunjung yang datang rombongan sebanyak 3 bus dari mahasiswa Universitas Islam Negeri KH. Achmad Siddiq (UIN KHAS) Jember Fakultas Ushuluddin, Adab Dan Humaniora.
Bahkan, rombongan mahasiswa dari kampus ini sudah kali keduanya di tahun 2023 belakangan, yang sengaja datang dengan di dampingi sejumlah dosen pengampunya, untuk mengakses koran-koran legenda itu, sebagai kebutuhan tugas kuliahnya di Perpustakaan Stikosa AWS. (din)