Banyuwangi (prapanca.id) – Bagi penggemar perjalanan wisata alam, perjalanan ke Banyuwangi umumnya melalui jalur Pantai Utara. Dimulai dari titik utama kota Surabaya, yang seringkali menjadi awal perjalanan bagi wisatawan dari luar Jawa Timur.
Dengan jarak tempuh kurang lebih 287 kilometer, pelancong akan dihadapkan dengan perjalanan darat yang cukup menguras energi sekitar 6 hingga 7 jam. Jalur pantai utara yang relatif sering dilalui kendaraan besar, membuat perjalanan darat dengan kendaraan pribadi bakal penuh tantangan. Meski bagi sebagian wisatawan, menikmati proses perjalanan itu sendiri tak kalah menggugah kebahagiaan selain berada di tujuan wisata.
Setelah kurang lebih 6 jam perjalanan, bersiaplah untuk menerima sejumlah pandangan menyejukkan hati dan mata. Kilau pantulan biru air laut malu-malu mengintip dari balik bangunan yang berjajar di sepanjang jalur wilayah Wongsorejo, Banyuwangi, Jawa Timur. Titik-titik pantulan air itu menjadi pertanda perjalanan telah sampai di ujung timur Pulau Jawa. Laut yang semula malu-malu, kini tampak utuh dan luas ketika roda kendaraan berada di bagian jalan yang berkontur menanjak. Pulau Dewata di seberang memang tampak menjanjikan untuk didatangi. Tapi, bukankah yang di depan mata juga tak kalah indah untuk diselami.
Dari arah utara, panorama selat Bali menjadi ikon salam “Selamat datang di Banyuwangi” , disusul dengan patung penari Gandrung dan batu besar yang bercokol di tengah jalan. Kawasan ini bernama Watu Dodol, tempat populer dan layak untuk disinggahi di tengah perjalanan panjang. Watu Dodol sendiri memiliki ikatan sejarah yang panjang dengan masyarakat Banyuwangi dan telah melegenda.
Grand Watu Dodol, destinasi wisata ini merupakan wajah modern pantai yang teduh dan hijau. Barisan pohon kelapa di wilayah kelir menjadikan pantai ini memiliki nuansa tropis yang kental. Titik ini tak jarang dipilih pasangan pengantin untuk melangsungkan pesta pernikahan. Di bagian utara, terdapat area edukasi konservasi terumbu karang yang dikelola masyarakat. Di sana pengunjung bisa menghabiskan waktu snorkeling untuk menyaksikan keelokan istana alam bawah laut.
Bergeser sedikit, sejuk kurang lebih 6 kilometer ke arah utara terdapat ekowisata Bangsring Underwater. Kawasan ini sekaligus menjadi pusat konservasi ikan dan terumbu karang. Bangsring Underwater menawarkan aktivitas menarik bagi wisatawan seperti diving, snorkeling, kano dan banana boat. Daya tarik utama destinasi wisata ini adalah penangkaran ikan hiu dengan sistem keramba. Wisatawan dapat berenang bersama hiu yang jinak dengan pendampingan tenaga profesional.
Di sisi barat laut Bangsring Underwater, terlihat daratan kecil yang seolah terombang-ambing. Daratan itu bernama Pulau Tabuhan yang hanya memiliki luas tujuh hektare namun menyimpan keindahan yang tak dapat diukur nilainya. Puluhan angkutan perahu selalu siap mengantar pengunjung untuk menyebrang ke sana. Di pulau kecil itu, air menjadi sebening kaca, memancarkan gradasi warna biru dan hijau zamrud yang amat rupawan. Wisatawan pun dapat bersnorkeling atau bermain kayak di perairan dangkalnya.
Wisata bahari di kawasan utara Banyuwangi layaknya oase di tengah kesibukan jalur utama pantai utara Jawa. Kawasan ini menyediakan berbagai jasa akomodasi seperti rumah makan dengan sajian lautnya yang segar dan lezat, didukung penginapan dengan saujana indah khas pesisir.
Saat matahari beristirahat, suasana malam di kawasan ini juga tak kalah elok. Kerlip hiasan lampu malam, dan villa yang bertengger di dinding bukit, bagai kunang-kunang yang sengaja memanjakan mata, mengantar wisatawan menuju peraduan untuk kembali bersiap menjelajah bentang alam lainnya keesokan harinya di Banyuwangi.(mi/bwitourism)