Jakarta (prapanca.id) – Isu kekerasan terhadap perempuan menjadi fokus kampanye yang lebih masif melalui berbagai saluran sosialisasi, termasuk film dan foto.
Medium ini dianggap lebih humanis dan efektif untuk menyampaikan perspektif dan pengalaman hidup perempuan, terutama suara korban yang belum berani melapor.
Asisten Deputi Bidang Perlindungan Hak Perempuan dalam Rumah Tangga dan Rentan, Eni Widiyanti, menyatakan bahwa penggunaan film pendek dan foto dapat membangun kesadaran mengenai isu-isu perempuan.
“Medium ini sangat kuat untuk membangun empati dan menggambarkan perspektif kehidupan perempuan yang mungkin sering diabaikan,” ujar Eni saat pemutaran film pendek Cantik sebagai rangkaian peringatan 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan (HAKtP) di Jakarta, Minggu (10/12/2023).
Pada kesempatan tersebut, ditampilkan juga 16 karya fotografi yang mendukung perlindungan hak perempuan.
Eni menjelaskan, meskipun prevalensi kekerasan fisik dan/atau seksual terhadap perempuan menurun, data Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (SIMFONI PPA) sepanjang 2023 menunjukkan hanya 0,1 persen perempuan yang melaporkan kekerasan yang mereka alami.
“Minimnya pelaporan disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk ketakutan, stigma negatif, ketergantungan ekonomi, dan keterbatasan akses layanan pengaduan. Oleh karena itu, diperlukan upaya lebih lanjut untuk mendorong perempuan korban kekerasan agar berani melapor,” tambah Eni.
Dalam konteks ini, Founder Suara Hati Perempuan Foundation, Nova Eliza, menyoroti kekerasan dan pelecehan seksual sebagai isu yang mengkhawatirkan.
“Kami melakukan berbagai bentuk sosialisasi, seperti photovoice, video campaign, diskusi interaktif, hingga pelatihan keahlian bagi perempuan. Suara Hati Perempuan Foundation juga mempersembahkan film pendek ‘Cantik’ untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, terutama remaja, terhadap isu kekerasan seksual,” kata Nova.
Nova menambahkan bahwa film edukasi ini, disutradarai olehnya sendiri, menceritakan kekerasan seksual yang dialami seorang aktris muda oleh manajernya.
Kematian aktris tersebut menjadi pusat perhatian, dan seorang make-up artist berusaha mengungkap penyebab kematian beserta kekerasan seksual yang dialami oleh aktris tersebut.
Film ini, yang diperankan oleh Leony Vitria, Jihan Husein, dan Ayu Dyah Pasha, pertama kali diputar pada tanggal 10 Desember 2023 sebagai puncak peringatan 16 HAKtP. (sas)