Surabaya (prapanca.id) – Jumat (17/11/2023) lalu, wartawan senior Imung Mulyanto, anggota komunitas Warumas (Wartawan Usia Emas), meluncurkan karya novel perdana berjudul Simfoni Di Ujung Senja.
Novel setebal 226 halaman ini diterbitkan oleh Penerbit Meja Tamu, Sidoarjo. Menariknya, novel ini dilengkapi dengan original soundtrack (OST) yang diciptakan oleh Endra Darmawan dan Roro Wilis.
Simfoni Di Ujung Senja mengisahkan tentang kekuatan cinta sejati antara Dewa dan Dewi. Kisah cinta kedua sejoli ini melibatkan hubungan orangtua mereka yang sebelumnya bersahabat, berubah menjadi konflik yang dipenuhi intrik bisnis dan politik.
Cerita ini berlatar belakang Surabaya tahun 70-an hingga 2020. Sebagai mantan wartawan, Imung mahir meramu fakta menjadi kisah fiksi.
Imung menyampaikan dalam kata pengantar bahwa awalnya kisah ini akan dijadikan skenario sinetron. Namun, karena belum menghasilkan buku tunggal dalam perjalanan karir kepenulisannya, ide cerita tersebut akhirnya diwujudkan dalam bentuk novel. Proses penyelesaian novel memakan waktu sekitar satu bulan, terkendala oleh kesibukan lainnya.
Sebagai wartawan dan penulis berpengalaman, Imung Mulyanto memiliki karir panjang dan berliku. Ia bahkan rela melepas status pegawai negeri di Balai Produksi Media Televisi (BPM TV) Depdikbud Jatim demi mengejar karir sebagai wartawan.
Sejak tahun 1988 hingga 2002, ia menjadi wartawan dan redaktur Harian Sore Surabaya Post. Karir wartawannya berlanjut menjadi Pemimpin Redaksi Arek TV Surabaya dari tahun 2008 hingga 2018, dan juga sempat menjadi staf khusus Dinas Kominfo Jawa Timur pada tahun 2003.
Ia juga terlibat dalam beberapa kegiatan, seperti menjadi juri dalam lomba film pendek, memproduksi beberapa film dokumenter, dan lainnya.
Meskipun sudah tidak bekerja secara formal di usianya yang sudah kepala enam, kesibukan Imung tetap padat. Beberapa karya puisinya termuat dalam 4 judul buku Antologi Puisi karya komunitas Warumas sejak tahun 2022.
Imung juga terlibat sebagai tim penulis buku biografi di Institut Teknologi 10 November Surabaya (ITS). Sebagaimana dinyatakan oleh Amang Mawardi (72), rekan sesama wartawan senior yang juga banyak menulis buku, profesi wartawan tidak mengenal pensiun.
“Puncak prestasi wartawan adalah menulis buku,” tegas Amang Mawardi. Ia menambahkan, Imung Mulyanto telah membuktikannya dengan merilis novel ini. Dengan pengalaman panjang sebagai wartawan, novelnya yang diawali dengan alinea yang menggelitik mengundang minat pembaca.
Apakah novel ini dijual? Dengan tegas, Imung mengonfirmasi. Ia memiliki prinsip tersendiri dalam menilai karya.
“Jika sampeyan minta duit, saya kasih. Tapi jika minta gratisan novel, maaf, harus ganti ongkos cetak dan ongkos kirim tujuh puluh lima ribu rupiah per buku,” ucapnya sambil tersenyum lebar. (sas)