Jakarta (prapanca.id) – Institut Hijau Indonesia (IHI) meluncurkan Environmental Outlook 2025 dengan tema Pemuda di Tengah Krisis; Telaah Persepsi Menata Solusi. Acara yang digelar di sekretariat IHI, Jalan Palapa XVII Nomor 3, Jakarta Selatan, ini dihadiri oleh lebih dari 100 perwakilan generasi muda, pejabat kementerian, lembaga negara, lembaga internasional, serta organisasi masyarakat sipil.
Environmental Outlook 2025 dirumuskan melalui proses panjang yang melibatkan 28.763 pemuda dari 34 provinsi.
Proses ini mencakup FGD (Focus Group Discussion), wawancara mendalam, roadshow sekolah di 33 provinsi dengan partisipasi 24.590 siswa SMA, roadshow kampus di 12 provinsi yang melibatkan 3.123 mahasiswa, serta penyebaran kuesioner kepada 975 pemuda di seluruh Indonesia.
Chalid Muhammad, Ketua Institut Hijau Indonesia, menjelaskan bahwa penyusunan Environmental Outlook menggunakan pendekatan mix method research.
“Data yang disajikan mencakup persepsi nasional, pulau, dan provinsi; prediksi situasi lingkungan hidup tahun 2025; serta rekomendasi untuk perbaikan,” ujarnya.
Secara nasional, pemuda menilai isu sampah sebagai masalah utama dengan persentase persepsi mencapai 28 persen.
Disusul oleh isu kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup sebesar 18,5 persen, serta kolaborasi, partisipasi, dan edukasi dengan persentase 15,4 persen. Isu lain yang menjadi perhatian meliputi perubahan iklim (13,5 persen), deforestasi dan biodiversitas (11,1 persen), kebijakan pengelolaan lingkungan hidup (7,8 persen), dan bencana ekologis (5,8 persen).
Slamet Daroini, Direktur Institut Hijau Indonesia, bersama tim penyusun Dzatmiati Sari, Nizham Mahmudi, dan Ichlassul Amal memaparkan temuan utama Environmental Outlook 2025.
Slamet menyatakan, “Pemuda melihat tiga isu utama: pengelolaan sampah yang belum optimal, pencemaran dan kerusakan lingkungan yang masif, serta partisipasi pemuda yang belum maksimal. Mereka memprediksi tahun 2025 akan suram jika kegiatan ekstraktif terus berlanjut.”
Ichlassul Amal menambahkan, “Situasi akan membaik jika ada upaya korektif yang melibatkan generasi muda secara bermakna dan agenda pemulihan yang dilakukan secara serius.”
Pemuda juga menyampaikan tujuh rekomendasi untuk perbaikan lingkungan, antara lain:
- Penguatan pelibatan pemuda dalam pengelolaan dan pemulihan lingkungan.
- Dukungan pemerintah terhadap inisiatif dan inovasi pemuda.
- Penguatan pendidikan lingkungan hidup di sekolah untuk membangun gaya hidup ramah lingkungan.
- Pembukaan ruang partisipasi pemuda dalam pengambilan keputusan.
- Perancangan kebijakan pemulihan lingkungan dengan melibatkan pemuda.
- Agenda korektif terhadap industri ekstraktif penyebab kerusakan lingkungan.
Pelibatan pemuda dalam penanganan perubahan iklim, transisi energi, dan pencapaian FOLU Net Sink 2030.
Institut Hijau Indonesia, sebagai organisasi non-pemerintah, berkomitmen mendidik dan memberdayakan pemuda dengan perspektif keadilan sosial dan ekologis. Sejak 2021, IHI telah mendidik lebih dari 7.500 pemuda melalui program Green Leadership Indonesia, Green Youth Movement, Green Public Interest Lawyer, dan Laboratorium Keadilan Sosial dan Ekologis (Ekosos Lab).
Environmental Outlook 2025 menjadi bukti nyata bahwa suara pemuda memiliki peran krusial dalam merancang solusi berkelanjutan untuk masa depan lingkungan hidup Indonesia. (anz)