Surabaya (prapanca.id) – Pameran sangat menarik, kerjasama dengan Goethe Institut Surabaya dan Institut Astronomi Max Planck Jerman, saat ini sedang berlangsung di Museum De Javasche Bank Surabaya, atau Museum Bank Indonesia di Jl. Garuda No. 1 Surabaya. Yakni pameran Universum Mensch Intelligenz (UMI). Dalam bahasa Indonesia berarti alam semesta, kehidupan dan kecerdasan manusia. Pameran sudah dibuka sejak Senin 30/9/2024, dan akan berakhir 30 Oktober 2024 mendatang.
Menonton pameran ini, ada dua manfaat yang bisa diperoleh. Pertama, menikmati wisata heritage kota Surabaya. Sebab lokasi pameran berada di area kawasan wisata kota lama Surabaya, yakni kampung Eropa, yang banyak meninggalkan jejak-jejak kolonial Belanda. Museum De Javasche Bank merupakan cagar budaya di Surabaya. Dibangun pada tahun 1829 oleh pemerintah kolonial Belanda, sebagai kantor cabang De Javasche Bank yang berpusat di Jakarta.
Pada 1 Juli 1953, De Javasche Bank sudah berubah menjadi Bank Indonesia dan secara otomatis gedung De Javasche Bank di Jalan Garuda ini beralih fungsi menjadi kantor Bank Indonesia cabang Surabaya. Namun pada tahun 1973, kantor tersebut tidak digunakan lagi karena Bank Indonesia cabang Surabaya membangun kantor baru di Jalan Pahlawan No. 105 Surabaya yang masih digunakan hingga kini. Selanjutnya gedung De Javasche Bank ini digunakan sebagai museum dan bangunan cagar budaya pada tanggal 27 Januari 2012.
Manfaat kedua adalah materi pameran yang sarat ilmu pengetahuan mengenai alam semesta, kehidupan dan kecerdasan manusia. Pameran dikemas sebagai petualangan menjelajah khazanah ilmu pengetahuan. Terdapat beberapa pos pemberhentian, yang masing-masing mempunyai tema. Walaupun semua caption menggunakan bahasa Jerman, namun pengunjung tidak perlu kuatir, sebab masing-masing pos ada pemandunya. Mereka para mahasiswa Bahasa & Sastra Jerman Unversitas Negeri Surabaya (UNESA) yang direkrut sebagai pemandu.
Di pos pertama, pengunjung akan mendapat pengetahuan mengenai alam semesta yang maha luas tak terbatas dan penuh misteri. Ada materi terang dan materi gelap, dimana sebagian besar alam semesta merupakan materi gelap. Hanya 5 persen materi alam semesta yang bisa diketahui manusia. Dan planet bumi tempat manusia hidup ini ternyata hanya setitik kecil dari alam semesta. Planet bumi merupakan bagian dari galaksi Bima Sakti. Di dalam galaksi ini terdapat 400 milyar bintang langit selain matahari. Belum lagi galaksi lain, yang sampai kini masih merupakan misteri.
Di pos kedua, pengunjung akan mendapat pengetahuan mengenai perkembangan kehidupan manusia. Disebut bahwa manusia pertama berasal dari benua Afrika, disebut sebagai homo erectus. Sebagian besar dari homo erectus tersebut punah karena tidak bisa beradaptasi dengan alam. Lalu muncul gen homo sapiens yang lebih kuat dan bisa beradaptasi dengan alam. Sebagian kecil homo erectus yang masih ada melakukan kawin silang dengan homo sapiens dan menghasilkan gen-gen baru. Mereka beranak pinak dan menyebar ke berbagai benua.
Beberapa penemuan fosil manusia purba yang ditemukan di berbagai belahan dunia membuktikan penyebaran tersebut. Di Indonesia juga banyak ditemukan fosil manusia purba, khususnya di wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah. Antara lain yang terkenal adalah fosil manusia purba di Sangiran Sragen, Perning Mojokerto dan Trinil di lembah Bengawan Solo.
Pos ketiga, pengunjung akan mendapat pemahaman mendalam tentang otak manusia. Bagaimana otak berpikir serta menerima stimulus berupa rasa sedih, gembira, takut, dan sebagainya. Dijelaskan bahwa otak manusia terdiri dari banyak bagian, antara lain otak besar, otak kecil, otak kiri, otak kanan dan batang otak. Masing-masing mempunyai fungsi untuk menggerakkan perasaan dan tubuh manusia.
Ada 4 alat yang bentuknya mirip payung. Pengunjung dipersilahkan masuk bergantian ke alat tersebut. Masing-masing alat terpasang audio berisi musik bernada melankolis, riang, takut dan sebagainya. Setiap pengunjung yang masuk di alat tersebut mengaku ikut terbawa emosi oleh alunan suara musik.
“Perasaan saya jadi melo setelah masuk disitu” kata salah seorang pengunjung yang masuk di salah satu alat berbentuk payung tersebut.
Pos keempat membawa pengunjung untuk memahami hasil akal dan budidaya manusia dalam mengolah alam. Ada budidaya manusia yang menimbulkan efek positif, ada pula yang berefek negatif. Contoh, dari ribuan jenis buah pisang, awalnya hanya satu jenis yang bisa dimakan. Dengan akal budi manusia, jenis-jenis pisang itu akhirnya bisa aman dikonsumsi manusia. Begitu juga penemuan sabun yang diolah dari bahan sari tumbuhan. Sedangkan efek negatif akal budi manusia antara lain plastik yang menimbulkan berbagai masalah pencemaran lingkungan.
Di pos terakhir adalah perkembangan mutakhir hasil karya cipta manusia. Yakni penemuan Artificial Inteligence (AI) atau kecerdasan buatan. Pengunjung akan mendapatkan pemahaman mendalam bagaimana proses terciptanya AI dan perkembangan selanjutnya di masa depan.
Yang unik, karya seniman digital Surabaya, Doddy Hernanto alias Mr D dari Kawoong Innovation ikut pula dipamerkan. Karyanya berupa lukisan Johann Wolfgang von Goethe. Bukan lukisan biasa. Jika lukisan tersebut di scan menggunakan QR Art, maka akan muncul berbagai informasi atau big data mengenai ilmuwan Jerman yang memberi sumbangan besar dalam kemajuan ilmu pengetahuan tersebut. Itulah salah satu karya unik seniman kelahiran Mojokerto tersebut, yang ia sebut sebagai aliran Codeisme. Genre baru aliran seni lukis yang pertama di dunia.* (Sas)