Surabaya (prapanca.id) – Pameran lukisan yang sangat menarik bertema The Secret of Archipelago sedang digelar di Resto Nine, Jl. Mayjen Sungkono Surabaya, sejak 20 September sampai 20 Oktober 2024.
Pameran ini menghadirkan gabungan karya seni lukis kontemporer karya para pelukis bereputasi internasional dan artefak berumur ratusan tahun. Sesuai temanya, seluruh karya yang dipamerkan menyiratkan histori peradaban yang menarik untuk digali.
Dari berbagai artefak yang dipamerkan, terdapat barang-barang kuno yang langka. Mulai dari aneka senjata dari Dayak, Borneo, Majapahit serta benda kuno lain berumur ratusan tahun.
Misalnya koleksi patung maharesi besi pamor dari zaman Kerajaan Pajajaran. Patung orang semedi berukuran 29 centimeter itu masih utuh tanpa cacat. Penataan koleksi artefak tersebut berpadu dengan karya 8 pelukis kawak bertaraf internasional di selasar dan ruangan resto yang luas.
Menurut penyelenggara pameran, Noor Ibrahim, pameran bertaraf internasional ini bertujuan untuk menjaga akar budaya Indonesia. Ia mengingatkan, nusantara sebagai negeri dengan 17.000 pulau mempunyai kekayaan budaya yang sangat beragam serta menyimpan ribuan artefak antik dari para leluhur.
“Saya berharap pemerintah dan swasta bisa mengelolanya dengan mengutamakan kepentingan rakyat” ujar founder NIMCA Museum Yogyakarta ini.
Selain memboyong ratusan benda antik koleksi NIMCA Museum, Noor Ibrahim juga mengundang kolektor dari Jerman, Belanda dan Selandia Baru. Sebagai pematung, ia juga memamerkan beberapa karya seni patungnya yang sarat makna.
Antara lain patung berbahan aluminium dan kayu jati berwujud seorang prajurit berkepala burung garuda menenteng senjata, yang menggambarkan jiwa tentara dan tak lain adalah ayahnya sendiri. Ada lagi patung berbahan perunggu yang menggambarkan sosok Gus Dur sedang duduk berdoa.
Agus Suwage, pelukis yang sudah pernah berpameran tunggal di New York, menampilkan karya lukisnya yang unik. Lukisan terbaru produksi 2024 yang dia beri judul “Perjalanan ke Timur” itu menggambarkan perahu Nuh berbahan cat air dan saripati tembakau.
Tampil pula Doddy ‘Mr. D’ Hernanto, pelukis yang memperkenalkan aliran seni lukis baru Codeisme. Ia menggabungkan seni analog dengan teknik digital serta penggunaan teknik AI dalam pengerjaan animasi. Jika lukisan tersebut di scan menggunakan QR Art, maka akan muncul big data tentang obyek lukisannya.
Dalam pameran tersebut, Mr D menampilkan 4 karyanya yang merupakan gabungan dari teknik ilusi difusi, graffiti dan coding. Lukisan terbarunya, Secret of Temple, menggambarkan Candi Borobudur yang jika di scan akan muncul ribuan data mengenai Candi tersebut.
Begitu juga lukisan berjudul Soekarno. Sekilas tampak bangunan rumah sederhana dari kayu. Namun jika diperhatikan lebih teliti ternyata gambar shiluet Presiden RI pertama serta bayangan wajah pelukisnya. Jika lukisan itu di scan, akan muncul ribuan data mengenai Soekarno.
“Arsip adalah kekuatan. Setiap generasi bisa belajar dari sejarah. Sebagaimana lukisan Codeisme mampu menjadi arsip yang tersimpan dalam big data” ujar seniman digital kelahiran Mojokerto itu. (sas)