Surabaya (prapanca.id) – Sebagian lulusan SMA/SMK sudah memiliki kompetensi dasar Media Data Science namun belum digunakan secara maksimal. Hal ini dikatakan Suprihatin, S.Pd, M.Med.Kom saat memandu Focus Group Discussion di kampus Stikosa AWS, Jl. Nginden Intan Timur I/18 Surabaya, pertengahan Juli lalu.
Acara tersebut merupakan sesi 1 dari rangkaian pelaksanaan riset pemetaan lulusan SMA/SMK yang dilakukan tim riset Stikosa AWS di lima titik wilayah Jawa Timur, yakni Surabaya, Blitar, Madiun-Magetan, Lumajang dan Banyuwangi.
Seperti diketahui dalam pemberitaan sebelumnya (prapanca.id 20/8/2024), Stikosa AWS kembali mendapat kepercayaan dari Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) untuk melakukan riset pemetaan lulusan SMA dan SMK di wilayah Jawa Timur. Riset ini bertujuan mengukur dan melihat kemampuan dasar lulusan SMA/K di bidang media komunikasi dan TIK.
Menurut ketua tim, Dr Jokhanan Kristiyono, ST, M.Med.Kom, hasil riset akan menjadi dasar dalam pengembangan kurikulum SMA/SMK Jawa Timur yang selaras dengan kebutuhan kompetensi dunia usaha dan industri.
Sedangkan peserta FGD sesi 1 Surabaya terdiri dari guru SMA Atma Widya Surabaya (AWS) serta siswa, guru dan alumni SMK Prapanca 1 dan Prapanca 2. Ketiga sekolah menengah ini berada di bawah naungan Yayasan Pendidikan Wartawan Jawa Timur (YPWJT) yang juga menaungi Stikosa AWS.
Ditemui di kampus Stikosa AWS, Rabu 21/8/2024 Suprihatin mengatakan, seluruh peserta FGD menjawab antusias seluruh pertanyaan yang diajukan. Sebelum FGD, ia mempersiapkan rancangan pertanyaan terkait 4 elemen. Yakni, data dan kemampuan analisis, konsep teknologi informasi, pemahaman bisnis serta kemampuan berkomunikasi.
“Empat elemen tersebut dapat memberi batasan pertanyaan agar jawaban peserta lebih fokus” ujar Dosen dan Kepala Penjaminan Mutu Stikosa AWS tersebut.
Menurut Suprihatin, seluruh peserta FGD terlihat sudah memiliki kompetensi dasar media data science. Ia memberi contoh, pada elemen pertanyaan tentang data dan analisis, Ryan siswa SMK Prapanca 2, menceritakan pengalamannya saat magang di salah satu perusahaan konsultan. Ia bertugas mencari data sekolah di berbagai kota yang memiliki mata pelajaran atau kegiatan berkaitan dengan multimedia via internet. Kemudian dari hasil pencariannya ia pastikan data yang didapat benar-benar valid, dengan cara menilpun pihak sekolah.
Mengenai teknologi informasi, Lutfi, guru SMA AWS, menyebut ada mata pelajaran TIK/Informatika, mencakup pelajaran Algoritma dan Coding. “Namun untuk teknik algoritma, karena keterbatasan alat dan biaya, materi yang diberikan berupa pengetahuan basic algoritma” ujar Lutfi.
Hal yang sama dikatakan oleh Bu Ega, guru SMK Prapanca 1 yang membuka program studi Pariwisata & Perhotelan. Menurut Ega, materi pelajaran Teknologi informasi diberikan pada waktu pelajaran pengelolaan di departemen FO (Front Office).
Menurut Suprihatin, dari hasil kesimpulan pelaksanaan FGD di Surabaya, hampir seluruh peserta mengharapkan diperbanyak pelatihan, tidak hanya kepada siswa namun juga pelatihan untuk guru. Jika guru selalu upgrade materi ilmu, tentu akan tersampaikan kepada para siswa. Salah seorang peserta mengkritisi pelaksanaan pelatihan Bursa Kerja Khusus (BKK) yang hanya dilaksanakan prakteknya saja namun tidak ada kelanjutan dari pelaksanaan praktek tersebut serta tanpa pendampingan.
FGD Sesi 2 yang dilaksanakan di Kampung Coklat Blitar, 10/8/2024 juga banyak ditemukan hal yang menarik. Media anda prapanca.id akan mengulik khusus di serial berikutnya.(sas)