Kupang (prapanca.id) – Sejumlah nelayan di Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mengeluh akibat kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. Selain itu mereka mengeluh proses perizinan kapal dan pengenaan tarif atas hasil tangkap nelayan yang seringkali lambat dan bertele-tele sehingga menyulitkan gerak operasi para nelayan.
Hal ini disampaikan Ketua Umum HNSI, Laksamana TNI (Purn) Soemardjono didampingi staf khusus Ketua HNSI, Laksamana Muda (Purn) TNI Dr.H.Muhammad Faisal Manaf, SE, MM di Dinas Kelautan dan Perikanan NTT pada Rabu 7 Agustus 2024. Soemardjono menjelaskan kunjungan ke Dinas Kelautan dan Perikanan NTT dalam rangka koordinasi penyelenggaraan dan program kelautan & perikanan di Provinsi NTT.
“Saya tadi langsung ke tempat pelelangan ikan di pelabuhan Tenau, bertemu dengan nelayan-nelayan di sana, keluhan mereka itu kurangnya BBM subsidi,” ungkap mantan Kepala Staf TNI Angkatan laut periode 7 November 2007 – 1 Juli 2008 tersebut.
Menurutnya, kelangkaan BBM subsidi dikalangan nelayan ini, bukan saja terjadi di Kota Kupang, NTT tetapi dirasakan oleh seluruh nelayan di Indonesia. Oleh karena itu ia menegaskan agar pemerintah harus melakukan langkah-langkah pengawasan pada saat pendistribusian secara efektif dan efisien sehingga tidak terjadi lagi kekurangan BBM subsidi di kalangan nelayan.
Soemardjono juga meminta agar pemerintah jangan mempersulit proses perizinan kapal nelayan di NTT. Menurutnya, peroses perizinan kapal dan pengenaan tarif atas hasil tangkap nelayan seringkali bertele-tele atau lambat sehingga merugikan para nelayan. Dia menjelaskan, Provinsi NTT adalah provinsi kepulauan dengan potensi yang cukup besar di bidang perikanan dan kelautan untuk dikelola pemerintah provinsi.
“Saya akan sampaikan ke pemerintah pusat sehingga jangan sampai gerakan pemerintah pusat dan pemerintah daerah ini menghambat pekerjaan para nelayan,” ungkap Soemardjono.
Selain itu, Laksamana TNI (Purn) Soemardjono juga menyebut bahwa masyarakat Indonesia harus gemar makan ikan. Menurut dia, ikan memiliki kandungan protein dan gizi yang tinggi sehingga mampu meningkatkan intelegensia atau kepandaian otak. Selain itu ikan mengandung Omega 3 yang berfungsi untuk menjaga kesehatan dan kepadatan tulang sehingga terhindar dari penyakit osteoporosis.
“Saya ingin cita-cita saya tercapai, yakni rakyat Indonesia gemar makan ikan. Ikan itu, kandungan proteinnya tinggi lho. Kalau produk kita ini besar lalu biarkan, siapa yang akan makan?” timpalnya.
Protein ikan, kata dia, lebih tinggi dibandingkan dengan kedelai dan tempe.“Sehingga jangan sampai kita melepas kendali, seolah-olah kita tidak ada protein lagi. Jangan, jangan!” ujarnya.
Dirinya akan berkomitmen untuk terus mengoptimalkan sosialisasi kepada masyarakat Indonesia agar membudayakan mengkonsumsi makan ikan.
“Jadi untuk penangkapan ikan ini, bagaimana kita bisa mengelola dengan baik. Makan langsung, dan dirikan pabrik ikan. Kelola secara langsung, dan jual kepada masyarakat dengan harga yang murah agar masyarakat mampu beli. Jadi jangan diekspor dengan mentah begitu, rugi kita. Potensi Indonesia di bidang perikanan dan kelautan besar, masa kita berikan ke lain tempat. Rugi kita,” ungkapnya. (sas)